Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru Empat Jenazah Imigran Gelap Dipulangkan

Kompas.com - 19/01/2012, 21:53 WIB
Idha Saraswati W Sejati

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com — Sebulan berlalu, sebagian besar jenazah imigran gelap yang menjadi korban kecelakaan kapal di perairan Prigi, Trenggalek, Jawa Timur, akhir tahun lalu, masih belum bisa diidentifikasi. Dari 24 jenazah yang berhasil diidentifikasi, sampai saat ini baru empat jenazah yang sudah dipulangkan ke negaranya.

Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Daerah Jawa Timur yang juga Kepala Tim Disaster Victim Identification (DVI) Regional Tengah Komisaris Besar Didi Agus Mintadi menuturkan, proses identifikasi memakan waktu lama karena tingkat kesulitannya yang tinggi.

Pihaknya selalu berupaya menjelaskan kondisi tersebut kepada keluarga korban yang sampai saat ini masih terus berdatangan ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim.

”Baru saja kami juga menerima perwakilan dari Kedutaan Besar Iran, Pakistan, dan Irak. Mereka menanyakan proses identifikasi jenazah,” jelasnya, Kamis (19/1).

Menurut dia, Pemerintah Iran dan Pakistan memang sudah mengirimkan sidik jari dan DNA korban. Namun, saat dicocokkan, ternyata banyak data yang tidak lengkap dan cocok dengan jenazah. Oleh karena itu, sampai saat ini masih banyak jenazah yang belum bisa diidentifikasi. ”Kami mencoba menjelaskan kesulitan itu. Setelah menggunakan penerjemah yang berbahasa arab, akhirnya mereka bisa mengerti,” tambahnya.

Seperti diberitakan, total ada 103 jenazah yang ditemukan di perairan Jatim dan Bali. RS Bhayangkara Polda Jatim menangani 84 mayat, sedangkan sisanya ditangani tim serupa di Bali.

Sampai saat ini  baru ada 24 mayat yang berhasil diidentifikasi. Dari jumlah itu, baru empat mayat yang diambil keluarganya. Mereka berasal dari Iran. Tiga mayat sudah diambil keluarganya minggu lalu. Satu lagi rencananya akan diambil hari ini, ujarnya.

Didi menjelaskan, proses identifikasi masih akan terus dilanjutkan. Identifikasi jenazah dilakukan dengan mencocokkan data ante mortem (sebelum meninggal) dengan post mortem (setelah meninggal).

Datanya bisa berupa data primer, yakni sidik jari, gigi, atau DNA. Bisa juga berupa data sekunder, yakni paspor, jam tangan, sepatu, atau ciri-ciri lain yang melekat pada jenazah.

Pihaknya baru akan berhenti jika ada perintah dari Mabes Polri. Jika proses identifikasi berhenti dan ternyata jenazah belum bisa diidentifikasi, mereka kemungkinan akan dikuburkan secara massal di Surabaya, tambahnya.

Ahli forensik Universitas Airlangga, Prof Syukri Ervan, mengatakan, tim forensik menghadapi tingkat kesulitan yang tinggi. Ini karena data-data jenazah tidak lengkap.

”Selain kondisi jenazah yang sudah rusak, mereka ini berangkat dari negaranya kan juga tidak ada yang tahu, dalam arti tidak ada laporan bahwa mereka pergi. Jadi sulit mengumpulkan data mereka,” jelasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com