Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencontoh Tradisi Kerukunan Beragama Orang Lamaholot

Kompas.com - 09/01/2012, 16:48 WIB

Oleh Laurensius Molan

Ratusan orang Lamaholot atau lebih kesohor dengan sebutan "Solor Watan Lema", Selasa (3/1), memadati Gelanggang Olah Raga Flobamora Kupang untuk menghadiri perayaan Natal bersama Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan Wakilnya Esthon L Foenay.

Warga Solor Watan Lema yang merupakan turunan Sina-Jawa-Malaka itu datang dari Flores Timur daratan, Pulau Adonara, Lembata, Solor dan Alor dengan latar belakang agama yang berbeda-beda, yakni Katolik, Kristen Protestan dan Islam. Mereka menyatu dalam acara Natal bersama itu.

Tiga orang pemimpin umat, yakni Romo Kanis Pen dari unsur Katolik, Pendeta E Yahya R Luakusa dari unsur Kristen Protestan dan KH Saleh Orang dari unsur Islam didaulat untuk memberikan renungan Natal serta toleransi kehidupan umat beragama dan antaragama di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tampilnya KH Saleh Orang dalam acara Natal bersama orang Lamaholot itu, bukan hal baru dan luar biasa karena orang Lamaholot menjunjung tinggi nilai-nilai budaya serta toleransi antarumat beragama dan antaragama di lingkungan Lamaholot.

Menurut antropolog sosial Dr Chris Boro Tokan SH.MH, asal usul turunan orang Lamaholot merupakan pengaruh Hindu-Budha dari India Belakang yang diikuti pengaruh Islam dari Gujarat dan Persia dengan arus aliran persinggahan dari India ke Malaka serta dari China ke Muangthai kemudian bertemu di pusarana nusantara dengan persinggahan di Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

Pengaruh budaya tersebut kemudian mewariskan puing-puing kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatera, Candi Borobudur dan Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa, Kerajaan Kutai di Pulau Kalimantan.

Dari sana arus perubahan bergerak masuk ke Kepulauan Timor, termasuk Kepulauan Solor sebagai wilayah Lamaholot atau yang sering disebut "Solor Watan Lema".

Boro Tokan yang juga Dosen Luar Biasa di Bidang Hukum dan Perubahan Sosial Fakultas Pascasarjana Bidang Ilmu Hukum Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang itu mengatakan setelah arus tradisional itu membawa babak perubahan sosial di Lamaholot, giliran arus religius mengisi babak baru Lamaholot melalui imperialisme bangsa Portugis yang menularkan agama nasrani (Katolik) di Lamaholot.

Sementara itu, masuknya muslim di Lamaholot disinyalir kuat sebagai perpindahan arus konflik dari Ternate dan Tidore (Maluku) antara Kesultanan Ternate dan Tidore (Muslim), meski sebelumnya Islam Malaka telah masuk lebih dahulu melalui arus Sina-Jawa-Malaka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com