Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyalur TKI Berang soal Otopsi Tarlem

Kompas.com - 09/01/2012, 10:22 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - BNP2TKI mewakili pihak pemerintah menyatakan tidak berkeberatan dengan dilakukannya otopsi atas jenasah Tarlem binti Unus Tajeum (43), TKI yang meninggal di Amman, Yordania. Justru Perusahaan Penyaluran Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang menunjukkan ketidaksukaan atas inisiatif keluarga melakukan otopsi di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM).

"Ini tidak menghargai pemerintah. Pemerintah maunya langsung dibawa ke rumah keluarga," kata Abdul Barri, Direktur Operasi PT Delta Rona Adiguna, perusahaan yang menyalurkan Tarlem kepada wartawan di RSCM, Minggu (8/1/2012).

Abdul berkali-kali terlihat terlibat silang pendapat dengan Elly Anita, staf Migrant Care yang mendampingi keluarga almarhumah. Ia sempat menganggap pihak keluarga tidak tahu berterima kasih. Pasalnya, walaupun pihaknya telah membantu dengan menyediakan mobil jenasah, keluarga tetap bersikeras menolak permintaan mereka untuk langsung membawa jenasah ke kampung halaman Tarlem di Subang.

"Ini ambulans dari perusahaan. Sudah bagus kami membantu mereka," kata Abdul ketus. Ia bahkan sempat menunjukkan sikap tidak simpatik dengan mendatangi suami almarhumah, Awes (44) dan keponakannya, Ali Luftie, dan melontarkan kata-kata kasar kepada pria yang sedang berduka itu.

"Kamu tidak tahu saya siapa? Tidak ada satu pun TKI yang diberangkatkan saya tidak tahu siapa saya," kata Abdul.

Sebelum Awes menanggapi, Elly Anita berupaya menengahi. Ia meminta Abdul untuk menunjukkan simpati pada keluarga. Selain itu, ia mengingatkan bahwa ada banyak wartawan yang saat itu sedang mewawancarai pihak keluarga Tarlem. "Sampeyan bukan siapa-siapa, bukan artis, bukan tokoh terkenal. Kenapa maksain orang harus kenal sampeyan," jawab Elly.

Elly kemudian menjelaskan, sudah menjadi tanggung jawab PPTKIS untuk mengantar jenazah sampai ke rumah keluarga. Termasuk di dalamnya, mengantar ke rumah sakit jika dibutuhkan. Pihak keluarga juga menduga telah terjadi pemalsuan dokumen TKI atas nama Tarlem. Pasalnya, pada dokumen PPTKIS disebutkan Tarlem berusia 31 tahun. Hal serupa terlihat pada Paspor Tarlem yang menunjukkan tanggal kelahiran Tarlem 10 Oktober 1980.

Hal serupa terlihat pada surat izin mengangkut jenazah yang dikeluarkan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Bandara Soekarno-Hatta. Kejanggalan lain terlihat saat seorang yang mengaku sebagai utusan BNP2TKI mendatangi kediaman Awes untuk menanyakan alamat TKI bernama Yanti binti Endang yang dinyatakan meninggal dunia. Alamat Yanti ternyata sama dengan alamat Tarlem di Dusun Krajan, RT/RW 03/01 Desa Sukaraji Kecamatan Ciasem, Subang, Jawa Barat.

Almarhumah Tarlem sendiri pada kartu keluarga (KK) yang dimiliki Awes tercatat kelahiran Subang, 12 November 1968, yang artinya berusia 43 tahun. "Enggak mungkin 31 tahun. Anak kami sudah berusia 20 tahun. Apa mungkin dia melahirkan waktu masih 10 tahun," sangsi Awes.

Jenazah Tarlem saat ini sedang disemayamkan di RSCM.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Nasional
    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    Nasional
    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Nasional
    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    Nasional
    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    Nasional
    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasional
    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    Nasional
    Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

    Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

    Nasional
    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Nasional
    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Nasional
    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Nasional
    Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Nasional
    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Nasional
    Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

    Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com