Warga Sogra juga tidak memiliki sistem pemantauan mandiri terhadap aktivitas Gunung Agung. Bahkan, banyak warga yang tidak mengetahui lokasi pos pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, sekitar 8 kilometer dari Sogra. Mereka bahkan kurang peduli dengan kegiatan pemantauan itu. ”Masyarakat di sini tidak tahu kalau ada pos pemantauan gunung api,” ujar Trisna setelah bertanya kepada tiga saudaranya.
Mangku Raja, Kepala Desa Badeg Dukuh, juga tidak mengetahui tentang pos pemantauan Gunung Agung. Seperti leluhurnya, mereka lebih menumpukan proses mitigasi melalui ritual doa. ”Usaha untuk menangkal bahaya letusan gunung api dilakukan melalui upacara di Pura Pasar Agung,” katanya.
Pura ini paling dekat dengan kawah Gunung Agung, sekitar 4 kilometer. Pura Pasar Agung terkubur material vulkanik saat erupsi 1963. Fondasi pura ditemukan melalui penggalian 15 tahun lalu dan dibangun kembali, lebih besar dibandingkan sebelumnya.
”Setiap purnama kelima, masyarakat di sekitar Gunung Agung mengadakan upacara supaya Gunung Agung ini tidak meletus lagi,” ujar Mangku Raja.
Ikuti perkembangan Ekpedisi Cincin Api di: www.cincinapi.com atau melalui facebook: ekspedisikompas atau twitter: @ekspedisikompas