Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjadi Perempuan Tunarungu Tanpa Batas

Kompas.com - 21/12/2011, 14:08 WIB

Angkie memang memiliki keterbatasan dalam pendengaran, namun ia melangkah tanpa batas mewujudkan apa pun yang diinginkannya. Salah satunya menerbitkan buku untuk memotivasi orangtua dengan anak tunarungu, juga untuk penyandang tunarungu, dan pembelajaran bagi semua orang untuk lebih menghargai perbedaan, menyikapinya dengan cara yang bijak dan santun, bukan membeda-bedakan mereka yang ternyata mampu meski terbatas secara fisik.

"Setiap orang punya harapan. Harapan itu bisa padam dengan sendirinya, namun juga bisa dipadamkan oleh orang lain. Saya terlahir biasa, sama seperti anak-anak lainnya. Harapan saya juga sama seperti yang lainnya," kata Angkie yang ingin mengubah persepsi masyarakat mengenai tunarungu melalui bukunya.

Menurut Angkie, keterbatasan pendengaran yang dialami penyandang tunarungu kerapkali memunculkan berbagai bentuk diskriminasi. Meski memiliki harapan yang sama dalam hidup, penyandang tunarungu kerapkali padam harapannya karena perlakukan yang tak semestinya.

"Tak mudah menjadi perempuan tunarungu. Masalah yang banyak dialami penyandang tunarungu adalah kesulitan bekerja, karena tidak bisa menerima telepon misalnya. Tapi saya percaya, meski satu pintu tertutup akan ada pintu lain yang terbuka. Saya berhasil bekerja di beberapa perusahaan. Penyandang tunarungu juga bisa menghadapi kompetisi yang keras di dunia kerja," tegasnya.

Mindset
Melalui bukunya, Angkie ingin menyampaikan pesan, memiliki anak tunarungu bukanlah aib yang harus disembunyikan. Namun justru keluarga mencari jalan keluar untuk membantunya mengatasi keterbatasan, dan menembus batas melakukan apa yang ia mampu.

Anak tunarungu memiliki kemampuan yang sama dengan anak-anak lainnya. Ia tidak sakit atau cacat. "Orang-orang dengan disabilitas termasuk penyandang tunarungu perlu dirangkul, bukan diperlakukan berbeda," jelas Angkie.

Kepedulian terhadap orang dengan keterbatasan inilah yang menjadi misi Angkie menulis dan menerbitkan bukunya. Karena dukungan dari berbagai pihak lah yang menyalakan kembali harapan yang padam, bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik ini.

Angkie sendiri merasa termotivasi dan diperlakukan sama ketika menjadi mahasiswa komunikasi. Perlakuan setara inilah yang membuatnya tampil percaya diri, berbicara di depan publik.

"Angkie memilih sendiri untuk kuliah komunikasi. Saya inginnya Angkie kuliah jurusan MIPA, yang tak perlu banyak berkomunikasi dengan orang lain. Karena saya khawatir bagaimana nanti ia akan berhadapan dengan orang lain, khawatir bagaimana perlakukan orang terhadapnya nanti," aku sang ibu.

Namun kekuatan dalam diri Angkie justru menjawab kekhawatiran sang ibu dengan semua prestasi yang ditorehnya. Angkie dikenal mudah bergaul, aktif, dan percaya diri dalam berkomunikasi. Keterbatasan mendengar bukan menjadi penghalang baginya untuk melanjutkan sekolah komunikasi hingga tingkat S-2.

Melalui bukunya, Angkie berharap dapat memberikan isnpirasi bagi orangtua, penyandang tunarungu, siapa pun yang mau peduli untuk menyikapi disabilitas tanpa memadamkan harapan para penyandangnya.

"Ke depan saya ingin bekerja sama dengan pihak NGO, pemerintah, corporate, untuk memberdayakan penyandang tunarungu. Melalui buku ini saya juga memberikan tips trik agar penyandang tunarungu diterima bekerja di perusahaan, bagaimana berhadapan dengan human resources. Saya juga ingin mensosialisasikan mengenai disabilitas juga bagaimana agar penyandang tunarungu dapat sejahtera dan mandiri," katanya.

Dalam pandangan Angkie, penyandang tunarungu, meski terbatas secara fisik (pendengaran), mereka memiliki jiwa wirausaha yang besar. Melalui bukunya, ke depan, Angkie berniat mendorong kemandirian berwirausaha untuk penyandang tunarungu yang sulit menembus tembok besar di perusahaan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com