SURABAYA, KOMPAS
”Nelayan menyampaikan informasi itu kepada kami. Bangkai kapal itu ditarik tiga perahu nelayan sehingga akhirnya bisa dibawa ke Pantai Pancer, Kabupaten Banyuwangi. Meski demikian, saya tidak bisa memastikan apakah kapal ini yang dipakai imigran gelap. Kami masih akan menyelidikinya,” kata Kepala Polisi Air dan Udara Puger Ajun Komisaris Nur Mahfut.
Menurut dia, panjang bangkai kapal sekitar 25 meter dan lebar 4-5 meter. Kapal ditemukan nelayan yang sedang menangkap ikan di laut.
Wakil Kapolda Jatim Brigjen (Pol) Eddi Sumantri menjelaskan, polisi telah memeriksa 4 orang di Popoh, Tulungagung, Jatim. Mereka kakak beradik Bambang dan Nuri, warga perkampungan nelayan Pantai Popoh, Desa Besole, Tulungagung, pemilik kapal Barokah yang digunakan untuk membawa imigran gelap dari Pantai Popoh ke tengah laut untuk dinaikkan kapal yang akan membawa mereka ke Australia. Dua orang lainnya adalah Ronny Wijaya dan Joko, awak kapal Barokah.
Menurut polisi, Bambang dan Nuri didatangi enam orang yang tidak mereka kenal yang mengaku hendak menyewa perahu Barokah. Tanpa curiga, kata Eddi, Bambang dan Nuri menyanggupi mengantar ratusan orang asing yang menumpang empat bus dengan perahu Barokah ke tengah laut. ”Selama ini nelayan Popoh biasa melayani permintaan sewa perahu untuk wisata atau untuk penelitian,” kata Eddi.
Delapan korban saat ini tengah dirawat intensif di Rumah Sakit Bhayangkara, Lumajang. ”Mereka mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan setelah lebih kurang dua hari terombang-ambing di lautan tanpa makan dan minum. Itu sebabnya, mereka kini dirawat intensif dengan diberikan nutrisi tambahan melalui infus,” tutur Kepala RS Bhayangkara, Lumajang, Komisaris Pancama Putra Hadi Wahyana.(SIR/ODY/ETA/DIA)