Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Ikan, Manfaat Versus Petaka

Kompas.com - 06/12/2011, 08:07 WIB

Belakangan ini, hampir semua gudang penyimpanan ikan penuh terisi dengan hasil tangkapan nelayan yang berlimpah. Berbarengan dengan itu, produk impor ikan mulai masuk. Izin impor ikan yang diurus berbulan-bulan lalu oleh importir, baru masuk pada bulan-bulan ini. Harga ikan pun jatuh.

Ironisnya, impor ikan sebagai ”amunisi terakhir” kerap diwarnai penyalahgunaan, berupa izin impor ikan yang dipermainkan ataupun produk ikan ilegal. Produk ikan impor yang seharusnya untuk bahan baku pengolahan bocor membanjiri pasar lokal. Celakanya, produk ikan ilegal ditemukan mengandung formalin dan zat berbahaya.

Masih teringat beberapa bulan lalu, kasus ikan kembung, ikan lele, dan ikan teri ilegal yang menyusup ke Indonesia melalui wilayah perbatasan di Sumatera Utara dan Kalimantan Barat. Ikan impor asal Malaysia dan China itu ditemukan mengandung penyakit berbahaya dan formalin.

Merembesnya produk impor ikan ilegal tidak hanya membahayakan kesehatan konsumen. Hasil jerih payah nelayan dan pembudidaya terpuruk oleh ikan impor berharga murah yang membanjiri pasar domestik. Apalagi isu ikan impor mengandung formalin dan penyakit berbahaya tadi membuat konsumen, sementara menolak mengonsumsi ikan.

Petaka

Tidak akan pernah ada manfaat impor ikan bagi kebangkitan industrialisasi perikanan selama sistem pengawasan lemah. Nelayan yang miskin semakin miskin dengan impor ikan tadi.

Sudah saatnya pemerintah serius menyusun sistem logistik perikanan nasional dan pembenahan distribusi ikan dari sentra produksi ke pengolahan. Dorong investasi pengolahan ke wilayah timur yang dekat dengan sumber ikan.

Tentunya, kita sama sekali tidak menginginkan negara kelautan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia ini terpuruk oleh ketergantungan impor. Bangkitkan kemandirian bangsa bahari ini! (BM Lukita Grahadyarini)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com