JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pemberantasan Korupsi periode kedua dinilai tak banyak berhasil mengungkap kasus besar, seperti skandal pemberian dana talangan Bank Century dan mafia anggaran di Dewan Perwakilan Rakyat. Tekanan dan intervensi dari Istana dan DPR di Senayan membuat banyak kasus besar justru jalan di tempat meski ditangani KPK.
Untuk menghadapi tekanan dan intervensi Istana dan Senayan, KPK jilid ketiga membutuhkan "kegilaan" Abraham Samad, ketuanya yang baru terpilih.
"Kami optimistis Abraham mampu dengan darah mudanya, dengan kegilaannya untuk membongkar kasus-kasus besar, terutama yang menyangkut lingkar satu kekuasaan," kata anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo.
Menurut Bambang, pemilihan Abraham oleh DPR sebagai Ketua KPK yang baru salah satunya karena dia dianggap mampu menghadapi anasir kekuasaan, baik dari Istana maupun dari Senayan (DPR). Usia muda Abraham menjadi salah satu pertimbangannya.
"Kalau orangtua yang kita pilih, maka dia pasti banyak perhitungan, tetapi darah muda yang kita butuhkan mampu membongkar apa pun yang menghalang-halangi dia," kata Bambang.
Bambang Soesatyo mengatakan, satu bulan pertama DPR akan melihat konsolidasi Abraham dengan pemimpin KPK baru lainnya. Setahun berikutnya akan dilihat keberaniannya menuntaskan kasus besar.
"Jadi, berikan dia kesempatan. Anasir-anasir yang selama ini melindungi kekuasaan sehingga banyak kasus besar yang tidak jalan atau jalan di tempat. Dua tiga bulan ke depan dia harus melakukan gerakan-gerakan penuntasan kasus besar. Kalau tidak ada pergerakan penuntasan kasus besar, tiga bulan ke depan kita akan teriaki. Kita minta publik meneriaki KPK juga. Setahun tak bisa berbuat apa-apa juga, kita minta dia konsisten dan mundur," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.