Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjajakan Ekstensifi kasi Lahan Garam

Kompas.com - 26/11/2011, 02:52 WIB

Jakarta, Kompas  - Kementerian Kelautan dan Perikanan berencana memperluas lahan garam guna mendorong produksi garam nasional. Tahun 2012, perluasan direncanakan di wilayah Kupang dan Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, serta Bima di Nusa Tenggara Barat.

Hal itu diungkapkan Kepala Subdirektorat Usaha Mikro Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha Kementerian Kelautan dan Perikanan Sapta Putra Ginting dalam Diskusi Garam di Jakarta, Jumat (25/11). Perluasan lahan garam dilakukan melalui program pemberdayaan usaha garam rakyat (Pugar) dan non-Pugar.

Selain itu, terdapat penambahan daerah baru penerima Pugar, yakni Aceh Utara, Aceh Timur, Karawang (Jawa Barat), dan Lombok Tengah. Perluasan lahan diharapkan mampu meningkatkan produksi garam nasional dan mengantisipasi gangguan cuaca,” ujar Sapta.

Lahan produksi garam tersebar di 40 kabupaten/kota di 10 provinsi, dengan luas usaha garam rakyat sebesar 21.876,05 hektar. Saat ini, peningkatan produksi dilakukan melalui intensifikasi lahan dengan program Pugar.

Tahun 2012, total dana Pugar direncanakan Rp 107,6 miliar, sejumlah Rp 88,71 miliar di antaranya berupa dana bantuan langsung masyarakat. Dana itu meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp 90 miliar.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, realisasi produksi garam sampai November 2011 sebesar 1,5 juta ton. Realisasi impor garam total mencapai 1,70 juta ton, meliputi garam konsumsi sebesar 923.756 ton, dan garam industri 783.753 ton.

Kebutuhan garam nasional tahun ini diprediksi mencapai 2,975 juta ton atau naik dibandingkan tahun lalu sebesar 2,765 juta ton. Target produksi garam sebanyak 1,34 juta ton dan volume impor 1,63 juta ton.

Ketua Yayasan Pemberdayaan Garam Rakyat Fadel Muhammad, yang juga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, mengemukakan, cuaca selalu dijadikan alasan produksi tidak optimal. Namun, berbagai sarana pendukung belum memadai, antara lain infrastruktur, akses modal untuk petambak masih minim, dan teknologi usaha garam yang masih tradisional.

”Kekurangan produksi tidak bisa hanya diselesaikan dengan jalan impor, melainkan mengatasi akar masalah,” ujar Fadel. (LKT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com