Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerhati: Komodo Tak Menang Juga Tak Soal

Kompas.com - 07/11/2011, 07:28 WIB
Samuel Oktora

Penulis

RUTENG, KOMPAS.com- Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur sudah terkenal lebih dulu sebelum kontes Tujuh Keajaiban Alam Dunia digelar tahun 2007. Jadi apabila TNK yang kini berada di posisi 28 besar dalam kontes yang diselenggarakan oleh lembaga New 7 Wonders Foundation (N7W) Swiss itu tidak menjadi pemenang, hal itu tak perlu terlalu dirisaukan.

"Taman Nasional Komodo sudah mendunia sejak UNESCO menetapkannya sebagai Warisan Dunia dan Cagar Biosfer tahun 1986. Kalau masyarakat hendak mendukung kontes dengan mengirimkan SMS itu sah-sah saja, tapi bukan suatu keharusan. Janganlah TNK dieksploitir untuk kepentingan terselubung," kata pemerhati komodo di Flores, Rofino Kant, yang juga Ketua Forum Demokrasi, Lingkungan Hidup dan Kebudayaan, di Ruteng, Manggarai, Flores.

Kontes global populer yang digelar N7W itu kini memang menjadi sorotan tajam publik di Indonesia. Di satu sisi terjadi konflik antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan N7W, terutama setelah pihak kementerian menolak menjadi tuan rumah atau penyelenggara deklarasi Tujuh Keajaiban Alam Dunia pada 11-11-2011, karena pemerintah Indonesia dikenai biaya sekitar Rp 400 miliar.

Di sisi lain, TNK dalam kompetisi itu tetap dipromosikan secara gencar oleh Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) yang merangkul mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai duta pemenangan komodo.

Manajer PT Putri Naga Komodo (2008-2010), Frans Harum berpendapat, selain promosi TNK, hal yang tak kalah penting sebenarnya adalah konservasi komodo. Apalagi makanan komodo seperti rusa terancam populasinya karena maraknya perburuan liar.

PT PNK merupakan lembaga yang mendapat izin usaha pengelolaan pariwisata alam di kawasan TNK selama 30 tahun (2004-2034). Namun aktivitas mereka terhenti pada awal 2010 sampai saat ini, diduga karena terjadi ketidakharmonisan dengan TNK.

"Kontes Tujuh Keajaiban Dunia tentu akan lebih berarti kalau penyelenggara dapat memberikan kontribusi pada konservasi komodo, jadi bukan hanya promosi," kata Frans Harum, yang saat ini menjabat Consultant Forest and Landscape Denmark (FLD) untuk Mbeliling Conservation Project, di Flores Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com