Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Tewas dalam Bentrokan Warga di Duren Sawit

Kompas.com - 25/10/2011, 14:42 WIB
Windoro Adi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang warga akhirnya tewas dalam bentrok antarwarga di Jalan Pahlawan Revolusi, tepatnya di depan diler Yamaha, Deta, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur, sekitar pukul 17.30, Senin (24/10/2011).

Korban adalah Yohanes Ebeth (47) yang tewas setelah pinggangnya ditembak. Wajahnya disabet samurai. Bagian atas kepala sampai hidung nyaris terbelah.

Salah seorang keluarga korban, Ulrikus Laja (50), menjelaskan, kejadian bermula saat Ebeth bersama tujuh temannya mendatangi diler Yamaha Deta, Pondok Bambu.

Saat keluar dari diler tersebut, Ebeth dan ketujuh temannya tiba-tiba dihadang puluhan warga dengan senjata. "Saat keluar dari diler, ada puluhan orang dengan balok dan samurai," kata Ulrikus.

Mereka terdesak di halaman ruko yang berpagar dan diserang segerombolan orang. Mereka menyerang dengan brutal dan menghancurkan mobil Xenia, B1711KKC, hingga hancur. Ebeth dibawa ke Rumah Sakit UKI, Jalan Mayjen Sutoyo, Cawang, Jaktim, sekitar pukul 20.10. Ebeth tewas dalam perjalanan. Jasad Ebeth kemudian dibawa ke Rumah Sakit RS Sukanto, Kramatjati, Jaktim, untuk dilakukan otopsi.

Menurut Ulrikus, keluarga dekat korban, Yan Ebe, panggilan akrab Ebeth, tidak punya musuh. Ulrikus menduga, bentrokan tersebut dendam lama. "Si Yan Ebe itu pernah tinggal bersama saya selama tiga tahun. Selama itu, dia tidak punya musuh. Mungkin ini ada kaitannya dengan bentrokan di Ampera dan Blowfish. Jadi, jelas si Yan Ebe tidak tahu apa-apa tentang itu," ungkap Ulrikus. Bentrokan di Blowfish, Plaza City, terjadi pada 4 April 2010, sekitar pukul 01.00. Ulrikus mengatakan, kasus bentrok antardua kelompok ini kian sering terjadi akhir-akhir ini. "Seperti di Kelapa Gading dan Blok-M, beberapa waktu yang lalu," ungkapnya.

Salah seorang yang dituakan, Benie (50), mengatakan, dirinya menyesali kejadian bentrokan ini. Dirinya menganggap peristiwa bentrokan berdarah tersebut akibat kurang tegasnya aparat hukum melerai bentrokan.

"Satu hal yang perlu diketahui, bersalah atau benar, ketegasan pihak kepolisian itu adalah yang utama. Anak-anak kalau tidak diredam bisa sampai ratusan orang membuat kerusuhan. Apa negara kita sudah seperti di Barat-barat sana, yang memiliki genk," kata Benie.

Saat kejadian, Benie yang dihubungi kerabatnya mengatakan, tidak ada tindakan tegas dari aparat kepolisian.

"Ada teman-teman dari kepolisian, ada kontak fisik, tetapi mengapa polisi pada kabur. Memahami perasaan anak-anak ini sebenarnya mudah. Ketika mereka bersalah, kita akan mengaku bersalah, kan kita hidup di negara hukum. Seharusnya polisi lebih berani dalam mengambil tindakan pencegahan, jangan malah meninggalkan lokasi kejadian," tegasnya.

Benie mengimbau kedua kelompok akur. "Saya ingatkan, kita memang lain suku, tetapi bersaudara. Saudara sebangsa, setanah air. Jadi, jangan lagi gontok-gontokan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com