Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembali ke (Tugu) Proklamasi

Kompas.com - 19/10/2011, 02:26 WIB

Pupus

Pada kenyataannya, oase harapan itu tak mampu menghidupi asa perubahan dan membangkitkan komitmen nyata dari pemerintah. Korupsi kian menggurita, integritas aparat penegak hukum kian mencemaskan, dan kasus-kasus besar selalu tenggelam tanpa akhir jelas. Publik kian skeptis dengan integritas institusi hukum dan peradilan. Skandal korupsi Nazaruddin, indikasi mark up pembelian pesawat Merpati, proses kejanggalan hukum Antasari Azhar, kasus surat palsu MK, dan persoalan kekerasan pada kelompok minoritas merupakan sedikit fakta yang menusuk nurani keadilan.

Dalam pandangan tokoh lintas agama, kondisi bangsa kini sudah di tubir jurang kebangkrutan moralitas yang akan menyeretnya ke kebangkrutan nasional (19/5/ 2011). Roh proklamasi sudah terusir dari jasad bangsa. Elite politik terserang penyakit tunakepekaan, kelumpuhan akal sehat.

Meski demikian, tokoh agama tetap bertekad membangun solidaritas kebangsaan guna mengembalikan roh proklamasi sebagai episentrum kesadaran bernegara. Kepedulian para tokoh agama terhadap kompleksitas permasalahan kebangsaan lahir dari proses refleksi teologis mereka terhadap realitas kebangsaan yang berpijak pada pengalaman bermasyarakat (Amaladoss, 2001:278).

Dalam aras kesadaran inilah Tugu Proklamasi merepresentasikan pusat kepedulian dan keprihatinan tokoh lintas agama, yakni nasib puluhan juta rakyat yang tidak tersentuh janji kemerdekaan, bukan istana negara yang menjadi episentrum kekuasaan. Dengan tindakan turun gunung dan menjadi nabi rakyat, sesungguhnya para tokoh lintas agama sedang mengingatkan bahwa bangsa ini berada di tangan yang tidak seharusnya.

Fajar Riza Ul Haq Direktur Eksekutif Maarif Institute; Koordinator Badan Pekerja Tokoh Lintas Agama

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com