Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Sesuai Perkiraan

Kompas.com - 15/10/2011, 02:35 WIB

Jakarta, Kompas - Merosotnya kondisi ekonomi global akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara. Tekanan inflasi juga lebih rendah. Bank Indonesia memperkirakan, inflasi tahun ini sebesar 4,7 persen. Adapun tahun 2012 inflasi akan mencapai 4,9 persen.

BI bahkan yakin ada kecenderungan tren suku bunga acuan negara-negara akan turun. Namun, besaran dan waktunya bergantung pada kebijakan negara masing-masing.

Sebagaimana dikemukakan Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Perry Warjiyo, inflasi tahun ini bisa mencapai 4,7 persen karena inflasi pada bulan Oktober-November bisa dikendalikan. ”Musiman memang seperti itu. Kalau belanja di November memang agak meningkat, tapi tetap turun dibandingkan sekarang,” kata Perry di Jakarta, Jumat (14/10).

Laju inflasi tahunan September 2011 terhadap September 2010 (year on year) adalah 4,61 persen. Inflasi September 2011 sebesar 0,27 persen, yang didorong harga beras dan cabai.

Mengenai inflasi tahun 2012, BI sudah memperkirakan dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang menyumbang inflasi 0,25 persen. Tekanan inflasi akibat bahan pangan diyakini dapat ditangani pemerintah.

Alasan BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin karena yakin inflasi tahun ini dan tahun depan akan terjaga di bawah 5 persen. Namun, BI juga yakin suku bunga acuan 6,5 persen itu masih tetap menarik bagi investor luar negeri.

Langkah BI menurunkan suku bunga acuan tersebut, menurut ekonom Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetiantono, dikhawatirkan akan membuat modal asing keluar.

Per 30 September 2011, kepemilikan asing dalam surat berharga negara (SBN) turun dari Rp 247,38 triliun pada akhir Agustus 2011 menjadi Rp 218,09 triliun. Adapun kepemilikan asing untuk Sertifikat Bank Indonesia turun dari Rp 54,71 triliun menjadi Rp 40,83 triliun.

Sebaliknya, kepemilikan BI terhadap SBN melonjak drastis, dari Rp 3,99 triliun per akhir Agustus 2011 menjadi Rp 17,03 triliun per 30 September 2011.

Perry yakin investor rasional dan jangka panjang akan tetap memegang obligasi pemerintah Indonesia. Lelang Surat Utang Negara (SUN), yang dilakukan BI sekitar dua hari lalu, bahkan tak ada penawarnya.

”Indikator terakhir, dana yang sudah keluar telah masuk lagi ke Indonesia,” kata Perry.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti berharap, kendati percaya diri dengan langkahnya saat ini, BI sebaiknya jangan lengah. Jangan sampai langkah BI menjaga likuiditas dollar AS dan kestabilan rupiah, justru dimanfaatkan spekulan yang ingin mencari untung di pasar keuangan.

”Jangan sampai lengah. Sekuat apa pun negara, kalau kepercayaan masyarakat hilang, bisa hancur,” ujar Destry.

Secara umum, daya tahan Indonesia saat ini lebih baik dibandingkan dengan tahun 2008. Pada tahun 2008, cadangan devisa sekitar 60 miliar dollar AS dan rasio kredit macet perbankan lebih dari 3 persen.

Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah pada Jumat sebesar Rp 8.893 per dollar AS. Nilai tukar itu menguat dibandingkan dengan awal pekan, yakni Rp 8.955 per dollar AS. (IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com