Kepala Desa Puan Cepak itu mensinyalir, pembunuhan orangutan oleh warga tersebut berdasarkan kepentingan perusahaan sawit yang beroperasi di desa itu.
”Saya mendapat informasi kalau warga dibayar per ekor untuk membunuh orangutan itu. Namun, saya tidak tahu berapa nilainya, tetapi saya menduga warga melakukan itu karena kepentingn perusahaan,” katanya.
”Saat ini populasi orangutan yang tersisa sekitar 10 ekor,” ungkap Kadir.
Sementara, Kepala Seksi Trantib Kecamatan Muara Kaman Arsil mengatakan tidak pernah mendengar adanya pembunuhan orangutan tersebut.
”Setahu saya, selama ini tidak pernah ada interaksi antara masyarakat dan Ooangutan sebab satwa langka dan dilindungi tersebut hidup di tengah hutan dan tidak pernah masuk ke wilayah permukiman penduduk. Malah, jika melihat manusia, orangutan itu lari,” kata Arsil.
Namun, dia juga tidak menampik jika kemungkinan pembunuhan itu akibat adanya kepentingan perusahaan. ”Di sana ada beberapa perusahaan sawit dan batubara sehingga bisa saja jika dianggap mengganggu orangutan itu dibunuh. Tapi saya belum tahu secara pasti mengenai pembunuhan tersebut,” kata Arsil.
Populasi orangutan di Kecamatan Muara Kaman, kata dia, diperkirakan tersisa sekitar 200 ekor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.