Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Citarum dan Istana Presiden

Kompas.com - 16/09/2011, 05:24 WIB

Pada masa yang akan datang, tingkat kebutuhan air bersih akan makin tinggi mengingat laju pertumbuhan penduduk perkotaan terus meningkat. Selain itu, air Sungai Citarum juga dibutuhkan industri-industri yang dibangun untuk menyediakan lapangan kerja dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Padahal, di sisi lain, kemampuan dan daya dukung sungai tersebut makin menurun.

Daerah Aliran Sungai Citarum selama ini telah mengalami degradasi lingkungan yang tidak terkendali sehingga tergolong salah satu DAS paling kritis di Pulau Jawa. Kerusakan hutan dan perubahan tata guna tanah yang terjadi di daerah hulu telah mengakibatkan banjir dan pelumpuran. Keadaan ini diperparah oleh pencemaran, baik yang berasal dari limbah industri maupun rumah tangga dan perikanan jaring apung. DAS Citarum Hulu yang meliputi Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah padat penduduk yang mencapai lebih dari enam juta jiwa.

Kondisi DAS Citarum Hulu tersebut pada gilirannya akan sangat memengaruhi perairan di daerah hilir, baik dari segi mutu maupun volume aliran air tahunan. Sebagai waduk paling hilir, beban ini harus dipikul Waduk Ir Djuanda yang fungsi-fungsinya berhubungan langsung dengan masyarakat luas.

Untuk sementara ini, peningkatan pelbagai kebutuhan tersebut masih dapat dilayani dan dipenuhi melalui sarana dan prasarana yang sudah ada. Namun, kapasitas dan kemampuan waduk tersebut memiliki keterbatasan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan DAS.

Sebuah hasil studi yang dilakukan Perum Otorita Jatiluhur/POJ (kini Jasa Tirta II) menunjukkan bahwa untuk memenuhi peningkatan kebutuhan sampai tahun 2025, Waduk Ir Djuanda akan mengalami defisit air. Besarannya mencapai lebih kurang 859 juta meter kubik.

Air Sungai Citarum dari waduk ini akan menjadi perebutan antara PLTA, irigasi untuk pertanian, industri, dan air baku di mana di dalamnya terdapat kepentingan Istana Presiden dan Wakil Presiden serta sebagian besar masyarakat DKI Jakarta. Kecuali jika dibangun waduk baru sebagai sumber air permukaan di Cipunegara, Cibeber, dan Telagaherang.

Kompas/Lasti Kurnia

Pintu air Buaran porak poranda akibat runtuh pada Rabu (31/8) malam. Akibatnya, air dari Kalimalang mengalir ke Kali Buaran, Jakarta, Kamis (1/9). Pintu air Buaran mengatur mengatur debit air Kalimalang yang merupakan saluran khusus dari Waduk Jatiluhur untuk memasok air baku PDAM Jakarta. Runtuhnya pintu air Buaran ini menyebabkan pasokan air baku ke instalasi Pejompongan terganggu beberapa hari, sedangkan pasokan air baku ke instalasi Buaran dan Rawamangun tersendat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com