Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Citarum dan Istana Presiden

Kompas.com - 16/09/2011, 05:24 WIB

OLEH HER SUGANDA

Jarak antara Sungai Citarum dan Istana Presiden serta Wakil Presiden secara fisik berjauhan. Akan tetapi, jarak tersebut menjadi dekat jika dihubungkan oleh kepentingan. Citarum merupakan sumber daya air permukaan yang potensial. Sementara itu, Istana Presiden dan Wakil Presiden serta sebagian besar penduduk DKI Jakarta dan gubernurnya membutuhkan air bersih. 

Kepentingan tersebut terpenuhi oleh Sungai Citarum yang dihubungkan Saluran Induk Tarum Barat. Karena aliran airnya berbeda dengan aliran air sungai-sungai di utara Pulau Jawa pada umumnya, saluran induk tersebut dinamakan Kali Malang. Kali ini mengalirkan air dari Bendung Curug di sebelah timur ke arah barat melewati daerah Bekasi sampai akhirnya di DKI Jakarta sejauh lebih kurang 70 kilometer.

Debit air yang mengalir melalui Kali Malang hanya merupakan sebagian dari fungsi air Sungai Citarum yang sebelumnya berasal dari waduk Ir Djuanda di Jatiluhur, Purwakarta. Waduk serba guna ini berfungsi sebagai pengendali banjir, irigasi untuk 240.000 hektar sawah di utara Jawa Barat, industri, penggelontoran, dan air baku. Dalam fungsi yang terakhir ini, arti penting Sungai Citarum baru disadari masyarakat DKI Jakarta ketika pintu air Buaran jebol.

Akibat pasokan air baku dari Kali Malang terhenti, pengolahan air bersih untuk penduduk DKI Jakarta terputus total. Pengalaman pahit pada Idul Fitri tahun ini bukan hanya dirasakan masyarakat Ibu Kota yang tinggal di wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan sebagian wilayah Jakarta Selatan. Untuk memenuhi kebutuhan air Istana Presiden dan Wakil Presiden, berpuluh-puluh truk tangki air bersih terpaksa didatangkan.

Potensi Sungai Citarum

Dalam ketersediaan sumber daya air pada masa datang, baik air tanah maupun air permukaan yang makin terbatas tetapi murah, Sungai Citarum memiliki peran strategis. Sepanjang aliran sungai ini terdapat tiga waduk besar yang berperan penting dalam penyediaan tenaga listrik. Produksinya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan energi penduduk Jawa Barat. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh tiga pusat listrik tenaga air (PLTA) ketiga waduk itu dihubungkan dengan ekstra-tegangan tinggi 500 KVA yang menerangi dan membangkitkan pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa dan Bali.

Sumbangan lainnya yang sering diabaikan adalah terjadinya peningkatan produksi padi. Jawa Barat utara mampu memberi sumbangan rata-rata 20 persen stok pangan nasional. Dukungan ini sering tidak disadari bahwa selain sarana produksi pertanian berupa pupuk dan bibit, keberhasilan itu juga karena tersedianya air irigasi yang memadai. Terbukti, kita baru menyadari ketika terjadi kemarau panjang dan lahan pertanian mengalami kekeringan. Tanaman padi mengalami puso.

Keadaan ini jika dianalogkan tidak beda dengan terhentinya pasokan air baku akibat bendung Buaran jebol yang merupakan sumber air baku untuk instalasi pengolahan air Buaran I dan II, Pulo Gadung, Pejompongan I dan II. Setelah instalasi pengolahan air bersih tersebut tidak berproduksi, kita baru menyadari betapa dekatnya hubungan kehidupan mereka yang tinggal di DKI Jakarta dengan air yang berasal dari Sungai Citarum.

Defisit air

Pada masa yang akan datang, tingkat kebutuhan air bersih akan makin tinggi mengingat laju pertumbuhan penduduk perkotaan terus meningkat. Selain itu, air Sungai Citarum juga dibutuhkan industri-industri yang dibangun untuk menyediakan lapangan kerja dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Padahal, di sisi lain, kemampuan dan daya dukung sungai tersebut makin menurun.

Daerah Aliran Sungai Citarum selama ini telah mengalami degradasi lingkungan yang tidak terkendali sehingga tergolong salah satu DAS paling kritis di Pulau Jawa. Kerusakan hutan dan perubahan tata guna tanah yang terjadi di daerah hulu telah mengakibatkan banjir dan pelumpuran. Keadaan ini diperparah oleh pencemaran, baik yang berasal dari limbah industri maupun rumah tangga dan perikanan jaring apung. DAS Citarum Hulu yang meliputi Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah padat penduduk yang mencapai lebih dari enam juta jiwa.

Kondisi DAS Citarum Hulu tersebut pada gilirannya akan sangat memengaruhi perairan di daerah hilir, baik dari segi mutu maupun volume aliran air tahunan. Sebagai waduk paling hilir, beban ini harus dipikul Waduk Ir Djuanda yang fungsi-fungsinya berhubungan langsung dengan masyarakat luas.

Untuk sementara ini, peningkatan pelbagai kebutuhan tersebut masih dapat dilayani dan dipenuhi melalui sarana dan prasarana yang sudah ada. Namun, kapasitas dan kemampuan waduk tersebut memiliki keterbatasan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan DAS.

Sebuah hasil studi yang dilakukan Perum Otorita Jatiluhur/POJ (kini Jasa Tirta II) menunjukkan bahwa untuk memenuhi peningkatan kebutuhan sampai tahun 2025, Waduk Ir Djuanda akan mengalami defisit air. Besarannya mencapai lebih kurang 859 juta meter kubik.

Air Sungai Citarum dari waduk ini akan menjadi perebutan antara PLTA, irigasi untuk pertanian, industri, dan air baku di mana di dalamnya terdapat kepentingan Istana Presiden dan Wakil Presiden serta sebagian besar masyarakat DKI Jakarta. Kecuali jika dibangun waduk baru sebagai sumber air permukaan di Cipunegara, Cibeber, dan Telagaherang.

Kompas/Lasti Kurnia

Pintu air Buaran porak poranda akibat runtuh pada Rabu (31/8) malam. Akibatnya, air dari Kalimalang mengalir ke Kali Buaran, Jakarta, Kamis (1/9). Pintu air Buaran mengatur mengatur debit air Kalimalang yang merupakan saluran khusus dari Waduk Jatiluhur untuk memasok air baku PDAM Jakarta. Runtuhnya pintu air Buaran ini menyebabkan pasokan air baku ke instalasi Pejompongan terganggu beberapa hari, sedangkan pasokan air baku ke instalasi Buaran dan Rawamangun tersendat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com