Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ooo... Itu, Toh, Wisma (Atlet) Nazaruddin...

Kompas.com - 02/09/2011, 03:35 WIB

Terik matahari terasa menyengat di Kawasan Olahraga Jakabaring, Palembang, Kamis (1/9) siang. Suasana sepi, nyaris tidak ada pekerja bangunan yang berkeliaran di sana saat libur Lebaran hari itu.

Keramaian baru terlihat di depan kompleks Wisma Atlet SEA Games, Jakabaring. Satu per satu mobil berhenti di depan pagar. ”Wah, ini, toh, yang namanya Wisma ’Nazaruddin’. Tidak begitu besar, ya,” kata seorang pengunjung setelah turun dari mobil.

Secepat kilat dia mengambil kamera digital, lalu meminta saudaranya mengabadikannya saat bergaya di depan Wisma Atlet. ”Keponakan saya dari kemarin merengek minta datang berfoto di sini. Ya, sudah, kami antar. Kebetulan saya juga belum pernah lihat bangunan (Wisma Atlet) ini,” tutur Marson (48), pengunjung.

Serupa Nazaruddin, Wisma Atlet yang ditengarai telah dikorupsi pembangunannya itu mendadak tenar beberapa waktu terakhir ini. Orang-orang penasaran melihat langsung wisma yang telah menjadi buah bibir obyek pemberitaan di Tanah Air akhir-akhir ini.

Bersama-sama Stadion Gelora Sriwijaya yang kini semakin tampak indah karena selesai direnovasi, Wisma Atlet menjadi ikon magnet kunjungan wisatawan. Saat libur Lebaran kali ini, misalnya, pengunjung yang umumnya pemudik berduyun-duyun ke Jakabaring sekadar melihat wisma itu atau Gelora Sriwijaya.

”Terus terang rasa penasaran berganti kaget setelah melihatnya langsung. Dengan biaya begitu besarnya, hasilnya, kok, hanya segitu saja, ya?” ungkap Agustini, warga Yogyakarta yang datang melihat Wisma Atlet bersama suaminya.

Wisma yang terdiri dari tiga bangunan itu tidak tampak megah, bahkan sekilas mirip rusunawa atau apartemen kecil yang biasa ada di Jakarta. Kompleks berbiaya Rp 191 miliar ini berisi 369 unit kamar dengan fasilitas pendingin udara, pemanas air, dan jaringan televisi kabel, tetapi belum diisi perabot.

Belum selesai dibangun

Agustini heran, anggaran sebesar Rp 191 miliar habis hanya untuk tiga bangunan berlantai empat itu. Dengan anggaran Rp 191 miliar, artinya setiap kamar berbiaya Rp 527 juta. Padahal, masih banyak venue ukurannya tidak kalah besar dari wisma yang menghebohkan itu.

Ia makin miris mengetahui masih banyaknya venue yang belum selesai dibangun. Pusat Akuatik, misalnya. Kompleks kolam renang dengan bangunan besar berstandar internasional dan berdaya tampung 3.000 penonton itu baru separuhnya berwujud. Salah satu kendala adalah ketersediaan dana. Dari kebutuhan anggaran Rp 198 miliar, baru 37 persen yang cair.

Padahal, waktu pengerjaannya hanya tersisa satu bulan lagi. ”Yang malu nanti bukan hanya orang Sumsel, melainkan juga warga Indonesia jika sampai gagal menyiapkan SEA Games. Padahal, menjadi tuan rumah yang baik adalah peluang kita untuk bangga sebagai bangsa,” ungkap Slamet Susanto (24), pengunjung lainnya.

Gubernur Sumsel Alex Noerdin mengungkapkan, santernya pemberitaan mengenai kasus korupsi proyek venue SEA Games, khususnya terkait Nazaruddin, telah mempersulit pendanaan proyek. Pihak sponsor jadi paranoid menggelontorkan sumbangan pembangunan venue. (Yulvianus Harjono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com