Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajah Lama dan Kekerabatan di Pilkada

Kompas.com - 02/09/2011, 02:16 WIB

Dalam jabatan politik, Hikmat Tomet yang memimpin Dewan Kerajinan Nasional Daerah Banten menjadi Ketua DPD Partai Golkar Banten. Adik Atut, Tb Chaeri Wardana, adalah Ketua Angkatan Muda Pembaruan Golkar Banten. Adik tiri Atut, Ratu Lilis Karyawati, Ketua Partai Golkar Kota Serang.

Calon dari Partai Demokrat, Wahidin Halim, kini menjabat Wali Kota Tangerang. Wahidin yang pernah menjadi guru ini adalah adik mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda. Jazuli, politisi PKS yang kini anggota DPR, pada 2008 pernah menjadi calon bupati Tangerang bersama Airin Rachmi Diany, tetapi gagal.

Demokrasi seperti yang terjadi di Banten oleh pengajar ilmu politik Universitas Tirtayasa Serang, Gandung Ismanto, disebut hanya melahirkan oligarki, bahkan aristokrasi baru. Hal ini dimungkinkan ketika seseorang memiliki dukungan kekayaan yang besar dan dukungan legitimasi kultural.

Harus diakui, Atut mendapatkan kekuasaan dengan jaringan kultural dari ayahnya. Setelah hampir 10 tahun, menurut Gandung, Atut sudah pada fase mempertahankan kekuasaan (power establishment), bukan lagi merebut kekuasaan (power struggle). Hal ini tampak pada penguasaan Atut dan keluarganya dalam kekuatan partai, birokrasi, dan keuangan daerah. Paling tidak empat kabupaten/kota dikuasai kerabat Atut.

Di sisi lain, Atut juga didukung kekuatan jaringan masyarakat sipil terorganisasi yang disebut Relawan Banten Bersatu. Sebagai upaya menjaga dukungan para ulama, Atut melalui anggaran hibah APBD Banten membiayai umrah sekitar 150 tokoh agama dan akademisi.

Menurut Atut, penggunaan anggaran hibah tersebut

sesuai dengan aturan yang berlaku. Atut juga menilai wajar saja apabila ada anggota keluarganya yang terpilih dalam pilkada. ”Itu demokrasi. Siapa pun berhak dipilih dan memilih, kebetulan kami bersaudara,” ujarnya.

Ketika ditanya apakah tujuan awalnya menempatkan kerabat sebagai calon kepala daerah untuk memudahkan harmonisasi kerja pemerintah, Atut kembali menegaskan, ”Ini demokrasi.”

Menghadapi petahana (incumbent) dengan segala kekuatannya, Media Warman selaku sekretaris tim pemenangan Wahidin-Irna mengatakan tetap optimistis dengan kemampuan kandidatnya memenangi pilkada. Dia juga meyakini Wahidin-Irna tidak akan memanfaatkan birokrasi dalam pemenangan pilkada.

Secara terpisah, Wahidin mengatakan, visi perubahan adalah hal yang ia tawarkan kepada rakyat Banten. ”Perubahan di semua lini dan sektor serta pemberdayaan masyarakat. Membangun sebuah peradaban agar masyarakat bisa menikmati dan meningkat derajatnya,” kata Wahidin.

Menurut dia, meski Provinsi Banten sudah berdiri lebih dari 10 tahun, pembangunan terlihat belum dirasakan seluruh masyarakat. Problem utama masalah ini ada pada kurangnya komitmen dan kebijakan pemerintah daerah.

Jazuli terlihat maju tanpa beban. Ketika ditanya mengenai birokrasi yang dikooptasi kelompok-kelompok tertentu, dia hanya mengatakan, birokrasi semestinya tidak mau dimanfaatkan pemimpinannya. Pasalnya, bukan tidak mungkin, apabila dia yang terpilih, kesejahteraan para birokrat membaik.

Apa pun janji para elite, Arya (21), warga Pakupatan, Serang, yang berprofesi sebagai tukang ojek, mengatakan tidak merasakan manfaat pilkada pada kehidupannya. Dia mengatakan, rakyat tidak memerlukan janji-janji. Warga tidak mau menjadi korban janji. Rakyat sudah lelah dan kini menunggu bukti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com