Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koperasi Sukses Indonesia

Kompas.com - 22/08/2011, 02:57 WIB

Para pengamat ekonomi umumnya berpendapat, jawabannya terletak pada konsep koperasi yang lebih dipahami sebagai lembaga sosial daripada badan usaha berorientasi pasar. Karena itu, timbul usaha untuk merevisi UU No 12/1967, yang kemudian melahirkan UU No 25/1992. Dalam UU itu, koperasi dibedakan menjadi dua kategori.

Pertama sebagai gerakan ekonomi rakyat. Kedua sebagai badan usaha yang bermotif keuntungan. Maksud UU baru itu sebenarnya adalah memberi peluang bagi koperasi untuk berkembang menjadi badan usaha.

Dari situlah timbul gagasan-gagasan untuk melakukan revitalisasi. Misalnya, koperasi Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan, yang macet, dibubarkan dan diganti dengan Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) pada tahun 1997. KPBS mengembangkan koperasi berdasarkan konsep agribisnis dari hulu ke hilir sehingga akhirnya koperasi peternak sapi perah itu lahir kembali menjadi salah satu koperasi besar awal abad ke-21.

Hal yang sama terjadi pada Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) yang mula-mula hanya memenuhi kebutuhan konsumsi warga pabrik. KWSG kemudian menerobos menjadi agen pemasaran produk semen dan bahan-bahan bangunan lainnya. Dari situ, koperasi melakukan ekspansi bisnis sehingga 52 persen SHU-nya berasal dari unit perdagangan bahan bangunan dan 48 persen dari berbagai unit usaha lain. Pada waktu yang sama lahir Koperasi Kisel yang mendistribusikan produk PT Telkomsel dan Kopindosat yang mendistribusikan berbagai produk dari PT Indosat.

Koperasi kredit

Sungguhpun demikian, Koperasi Kredit (Kopdit) Credit Union (CU), yang bergerak di bidang tradisional simpan-pinjam, berhasil menjadi koperasi terbesar jika semua unit primernya digabung menjadi satu dengan aset total Rp 17 triliun.

Di tingkat primer, Kopdit CU melahirkan 209 koperasi mandiri dengan anggota di atas 1.000 orang dan nilai aset di atas Rp 1 miliar. Mula-mula koperasi ini hanya memberikan kredit konsumsi, tetapi setelah berkembang dengan tambahan kredit produksi—koperasi semula digerakkan kalangan Gereja Katolik dengan keanggotaan terbuka—berkembang pesat simpan pinjamnya dan berhasil mendorong usaha ekonomi rakyat.

Dengan demikian, koperasi besar tahun 2011 tidak hanya kategori badan usaha seperti KWSG atau Kisel, tetapi juga koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang diwakili oleh Kopdit CU. Hanya saja, kenyataan tentang lahirnya koperasi-koperasi besar sebagai badan usaha itu telah menimbulkan wacana di kalangan gerakan koperasi, yaitu apakah kunci sukses koperasi-koperasi tadi adalah karena mereka telah meninggalkan jati dirinya atau justru karena koperasi-koperasi tadi telah berkembang dalam koridor jati dirinya.

Pada masa Orde Baru, koperasi berhasil karena dibina pemerintah sehingga kehilangan otonomi dan independensinya. Koperasi sukses Indonesia yang tampil pada awal abad ke-21 adalah koperasi yang berasal dari inisiatif individu, komunitas, dan masyarakat di luar program pemerintah. Bahkan, Kopdit CU menolak bantuan pemerintah yang berorientasi dan berjuang di pasar bebas.

M Dawam Rahardjo Rektor UP45 (The University of Petroleum) Yogyakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com