Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Grup Permai "Beli" Wisma Atlet Rp 16 Miliar

Kompas.com - 10/08/2011, 17:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Grup Permai mengeluarkan uang Rp 16 miliar untuk mendapatkan proyek pembangunan wisma atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan.

Proyek tersebut kemudian dijual kepada PT Duta Graha Indah yang menawarkan pembayaran paling besar di antara perusahaan lain. Hal itu terungkap dalam kesaksian mantan staf keuangan Grup Permai, Yulianis, yang disampaikan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Rabu (10/8/2011).

Menurutnya, uang Rp 16 miliar dibayarkan Grup Permai kepada sejumlah pihak, termasuk ke Kementerian Pemuda dan Olahraga dan DPR. "Kami kan sudah bayar duluan ke DPR untuk wisma atlet ini. Bu Rosa paling ngerti. Saya hanya mengeluarkan uang. Saya mengeluarkan uang April-September 2010, itu saya enggak tahu nama proyeknya, awalnya enggak tahu. Setelah September tanggal 18, saya baru tahu itu proyek wisma atlet," kata Yulianis.

Pembelanjaan uang perusahaan tersebut, menurut Yulianis, dibahas dalam rapat-rapat perusahaan yang diikutinya, M Nazaruddin selaku pimpinan, dan Mindo Rosalina Manulang selaku Direktur Marketing PT Anak Negeri.

Lebih jauh, Yulianis menerangkan, uang yang mengalir ke DPR besarnya 5 persen dari nilai uang muka proyek Rp 33 miliar. Uang tersebut untuk mengawal anggaran proyek. Namun, Yulianis mengaku tidak tahu persis kepada siapa saja uang untuk DPR itu diberikan.

Sepengetahuan dia, uang untuk DPR itu diberikan kepada seseorang bernama Wafid, Wisler, dan Paul. Namun, saat itu Yulianis tidak mengenal siapa Wafid, Wisler, dan Paul. Belakangan dia mendengar nama Wafid Muharam yang merupakan Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga.

Berdasarkan penelusuran, Wisler adalah Ketua Panitia Wisma Atlet, sementara Paul yang dimaksud diduga Paulus Iwo. Pembagian uangnya sebesar Rp 500 juta untuk Wafid, Rp 150 juta untuk Paulus, Rp 50 juta lagi untuk Wafid, dan Rp 100 juta untuk Dinas Pekerjaan Umum, kemudian Rp 150 juta untuk Wisler. "Itu menurut pengajuan Bu Rosa," katanya.

Selain itu, ada dana lain senilai 1,1 juta dollar AS dan Rp 3 miliar yang dikeluarkan Grup Permai untuk wisma atlet. Namun, Yulianis mengaku lupa kepada siapa saja uang-uang itu ditujukan. Pembayaran-pembayaran kepada sejumlah pihak itu, menurut Yulianis, dicatat sebagai pembelian barang dalam pembukuan perusahaan.

"(Itu) komitmen atau support ke DPR, kami lebih pada kode-kode itu dalam mencatatnya. Namun di pembukuan kami disebut sebagai pembelian barang," ujarnya.

Kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet juga menyeret M Nazaruddin, Mindo Rosalina Manulang, dan Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam sebagai tersangka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

    Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

    Nasional
    Jokowi Kembali Ingatkan Agar Anggaran Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

    Jokowi Kembali Ingatkan Agar Anggaran Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

    Nasional
    Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

    Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

    Nasional
    Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

    Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

    Nasional
    Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

    Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

    Nasional
    Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

    Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

    Nasional
    Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

    Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

    Nasional
    Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

    Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

    Nasional
    Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

    Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

    Nasional
    BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

    BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

    Nasional
    Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

    Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

    Nasional
    Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

    Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

    Nasional
    PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

    PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

    Nasional
    Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

    Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

    Nasional
    Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

    Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com