Sepanjang Jumat (29/7), para peziarah yang datang ke makam mantan Presiden RI itu silih berganti dalam rombongan besar atau kecil. Mereka datang menggunakan bus ataupun kendaraan pribadi.
Pendapa yang berada di kompleks makam Gus Dur tampak dipenuhi peziarah yang hendak memanjatkan doa. Sebagian mereka membaca Surat Yasin, sebagian lainnya membaca tahlil dan berzikir.
Sekitar 45 menit, para peziarah dalam jumlah kurang lebih 75-100 orang bermunajat (berdoa dan berzikir) di pendapa yang menghadap ke makam Gus Dur dan makam keluarga besar KH Hasyim Asy’ari. Para peziarah itu pun bergantian membaca tahlil dan berdoa.
Riswan (22), salah seorang pengurus Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, mengatakan, sejak bulan Rajab atau dua bulan menjelang Ramadhan, makam Gus Dur makin sering didatangi dan dikunjungi peziarah dari pelbagai kota dan daerah. Bahkan, sepekan menjelang Ramadhan, peziarah mulai bertambah banyak.
”Jumlahnya mencapai ribuan. Mereka datang dari berbagai kota dan daerah di Jawa dan luar Jawa,” katanya.
Ia mengatakan, jumlah peziarah bakal bertambah banyak dalam satu-dua hari ini karena ziarah telah menjadi ritual umat Islam setiap menjelang bulan suci Ramadhan. ”Estimasi saya bisa lebih banyak dari sekarang ini dan akan full,” katanya.
M Hasan (43), petugas keamanan makam Gus Dur, mengatakan, sejak pagi hingga sore hari, jumlah peziarah yang datang lebih dari 3.000 orang. ”Mereka datang ada yang naik bus dan kendaraan pribadi,” katanya.
Dia mengatakan, para peziarah yang datang tidak hanya dari daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. ”Mereka ada yang dari Palembang, Lampung, dan Kalimantan,” katanya.
Menurut Riswan, setiap hari makam Gus Dur dibuka untuk umum mulai pukul 07.00 hingga pukul 16.00 dan pukul 20.00 hingga 04.00. ”Kami memang tidak menyediakan penginapan, tetapi peziarah yang ingin istirahat bisa istirahat di masjid. Biasanya, habis ziarah, mereka langsung pulang,” katanya.
Menjelang bulan puasa dilakukan razia terhadap gelandangan dan pengemis di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (29/7). Sebanyak 10 gelandangan dan pengemis dirazia Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Palangkaraya yang dilakukan menjelang bulan puasa itu.
Kepala Bidang Keamanan dan Ketertiban Satpol PP Kota Palangkaraya Hidayat Udiansyah mengatakan, razia dilakukan sekitar pukul 09.00-10.30. Jalur yang dilalui petugas Satpol PP antara lain Jalan Tjilik Riwut, Jalan Rajawali, dan Pasar Baru.
Para petugas diangkut dengan truk tronton. Di Pasar Baru, mereka terlihat menyebar dan menggiring gelandangan dan pengemis yang mereka temukan. Seorang nenek yang enggan dibawa tampak menolak ajakan petugas. Namun, setelah dibujuk, ia akhirnya masuk ke truk tronton.
Menurut Hidayat, hampir semua gelandangan dan pengemis yang ditemukan berasal dari Jawa Timur. Saat ditanyakan perlakuan selanjutnya untuk mereka yang tertangkap, Hidayat menuturkan, mereka diberi pembinaan oleh Dinas Sosial Kota Palangkaraya selama dua hari.
”Setelah dimintai keterangan, mereka dipulangkan ke daerah asal. Mereka berkeliaran hingga di sini walau datang jauh dari Jawa, sebab ada koordinatornya,” katanya.