Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sang Mantri Benda Purbakala

Kompas.com - 25/07/2011, 03:02 WIB

Dari hasil berdiskusi dengan para ahli itu ia menyadari, banyak fosil dan benda purbakala yang mesti diselamatkan. Tak hanya dari kerusakan, tetapi juga dari pencurian. Mengutip ungkapan Bung Karno, Thamrin mengingatkan, ”Jasmerah! Jangan sekali-kali melupakan sejarah!”

”Dari sejarah, tumbuh pengetahuan baru. Mereka yang melupakan sejarah sama dengan orang yang kehilangan identitas. Orang yang kehilangan identitas itu seperti orang gila, tak tahu arah mau ke mana,” ujarnya berkali-kali.

Tempat belajar

Karena itulah, ia bertekad membuat museum. Ia ingin barang-barang temuannya disimpan dengan baik dan bermanfaat untuk pendidikan. Tahun 2008, niatnya itu terlaksana. Bekas warung sekaligus rumahnya di Desa Kubangdeleg ”disulap” menjadi museum. Biaya pembangunan dan perawatan museum yang dinamainya Karya Budaya Sakti itu diambil dari koceknya.

Beberapa kali ahli arkeologi dari dalam dan luar negeri berkunjung dan meneliti temuan Thamrin. Salah satunya, Gert van den Bergh, peneliti asal Belanda dari University of Wollongong, Australia, yang datang setiap tahun.

Siswa sekolah dari Cirebon sampai Jawa Tengah pun datang ke museum itu dan belajar kepada dia mengenai benda purbakala. Thamrin juga kerap diundang menjadi pembicara dalam diskusi bersama ahli dari Balai Arkeologi Bandung dan Museum Geologi Bandung.

Tahun 2010, Balai Arkeologi Bandung menata ulang museum itu dan mendata temuan Thamrin. ”Kegilaannya” mendapat pengakuan. Di mata warga, apa yang dia lakukan kini dihargai. Ada 40 orang yang bekerja dengannya, mengikuti jejak ”Pak Mantri” yang ”gila” purbakala. Di sela-sela kegiatan warga bertani, mereka punya kegiatan baru, sebagai perajin batu hias.

Fosil bebatuan yang rusak diubah menjadi gantungan kunci, cincin, asbak, hiasan taman, dan alat musik. Tak ada benda yang terbuang sia-sia. Batuan unik yang dulu tak bernilai, kini tampil pada berbagai pameran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com