Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Komandan" Pemadam Kebakaran Hutan

Kompas.com - 14/07/2011, 03:10 WIB

Kecintaan terhadap hutan dan menghindarkan warga dari bahaya kebakaran harus menjadi motivasi utama anggota TSA. Apalagi tugas anggota TSA kerap bersinggungan dengan maut. Banyak anggota TSA, termasuk Haga, puluhan kali terperosok ke tanah rapuh dengan bara api pada lapisan bawahnya.

”Kaki kami bisa kena luka bakar karena bara masuk lewat sela-sela sepatu bot. Kalau sudah terperosok, satu bulan kaki baru sembuh. Jangankan kaki, sepatu saja melepuh kena bara,” ujarnya.

Ia pernah nyaris tewas terpanggang saat masuk hutan yang terbakar pada 2008. Api sudah menghadang di depannya. ”Saya mau mengambil tiga mesin pompa dan selang sepanjang 600 meter. Tahu-tahu api muncul di belakang (saya) karena mengikuti arah angin,” cerita Haga, yang selamat karena nekat memacu sepeda motor menembus kobaran api. Peralatan tak bisa dibawanya dan hangus terbakar.

Nasib serupa pernah dialami beberapa rekannya di TSA. Haga berkisah tentang salah satu kejadian, ”Ada lima orang anggota TSA yang harus terjun ke kanal eks program Pengembangan Lahan Gambut untuk menyelamatkan diri. Hanya lubang hidung mereka yang muncul di permukaan air.”

Menurut Haga, asap dari bara api di lahan gambut terasa lebih pedas di mata dan sesak terhirup hidung dibandingkan asap dari kebakaran pohon. Risiko lain anggota TSA adalah diserang hewan liar seperti ular dan buaya.

Kini anggota TSA berkoordinasi dengan pemerintah desa sekitarnya meski warga yang bersedia membantu mereka belum dapat dipastikan karena tugas ini berdasar kesukarelaan.

”Peralatan dan jumlah personel TSA belum memadai. Banyak selang kami sudah lapuk, tak bisa dipakai. Kami tak mampu membeli karena harganya mahal,” kata Haga, yang berharap suatu hari nanti TSA bisa bekerja dengan peralatan lengkap dan jumlah personel mencukupi.

Harga selang khusus untuk pemadaman sekitar Rp 600.000 per 20 meter dengan diameter 2 inci (5 cm). Jumlah anggota TSA idealnya sekitar 100 orang.

”Jika terjadi kebakaran besar, bahan bakar yang kami butuhkan dua drum atau 400 liter premium per hari untuk menggerakkan pompa air,” ujar Haga. Dia berharap makin banyak warga yang mencintai hutan dan mau membantu memadamkan kebakaran hutan.

Keluarga Haga sebenarnya mencemaskan keselamatan ayah tiga anak itu. Namun, mereka berusaha memahami tugas Haga demi keselamatan banyak orang.

”Saya tak tahu sampai kapan menjadi Koordinator TSA. Selama masih dibutuhkan dan mampu mengerjakan, saya akan melaksanakan tugas ini,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com