Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lokon Kembali Semburkan Lava

Kompas.com - 07/07/2011, 03:37 WIB

Manado, Kompas - Setelah Soputan mereda, Rabu (6/7) sekitar pukul 09.00, Gunung Lokon (1.689 meter dari permukaan laut) di Kota Tomohon kembali menyemburkan asap putih keabu-abuan bermuatan abu vulkanik setinggi 250 meter dari puncak kawah.

Petugas Pos Gunung Api Lokon, Farid Ruskanda, mengatakan, semburan asap disertai abu vulkanik sudah terjadi sejak Senin lalu.

”Sejak pagi terjadi peningkatan gempa tremor di Gunung Lokon mencapai 2 milimeter,” katanya. Gempa tremor mengindikasikan adanya aktivitas atau suplai magma dan gas dari perut gunung ke permukaan yang menyebabkan terjadinya letusan. Ia juga menegaskan bahwa status Gunung Lokon masih tetap siaga.

Menurut Farid, aktivitas vulkanik Gunung Lokon kemarin lebih kecil dari letusan pada 28 Juni lalu, yang membuat sebagian kota Tomohon berdebu.

Meskipun demikian, sejumlah warga Tinoor yang berada di kaki gunung meminta Pemerintah Kota Tomohon menyediakan masker bagi warga yang beraktivitas di luar rumah.

Arie Pangkey, warga Tinoor, mengatakan, semburan Gunung Lokon membuat udara di Tinoor berdebu. ”Banyak debu tipis di udara akibat semburan Lokon,” kata Arie.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono di Manado mengatakan tidak ada kaitan letusan Soputan dan aktivitas vulkanik Gunung Lokon.

Ia juga menyatakan bahwa tiga dari 10 gunung api di Sulawesi Utara saat ini dalam kondisi ”sakit” sehingga mesti diwaspadai. Tiga gunung itu adalah Gunung Karangetang di Kabupaten Sitaro, Soputan, dan Lokon. ”Tiga gunung itu terus menunjukkan aktivitas sepanjang tahun,” katanya.

Sementara itu, sejumah warga di Kabupaten Minahasa Tenggara yang terkena dampak letusan Gunung Soputan mengeluhkan rusaknya prasarana air bersih dan listrik. Sejumlah desa di sana sampai kemarin masih mengalami pemadaman setelah letusan Soputan pada 3 Juli lalu.

Anis Soriton (40), warga Kalatin, mengatakan, tanaman hortikultura milik warga rusak. Ia menyebut tanaman cengkeh, lada, tomat, pisang, salak, dan cokat yang luasnya mencapai ratusan hektar tertutup debu Soputan.

Rumah-rumah penduduk juga masih tertutup debu setebal 2-3 sentimeter.

Galunggung

Dari Tasikmalaya, Jawa Barat, dilaporkan, mayoritas sarana mitigasi bencana alam di Gunung Galunggung kini dalam kondisi rusak. Hal ini rentan memperbesar potensi bahaya apabila aktivitas Gunung Galunggung sewaktu-waktu meningkat.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Galunggung Heri Supartono mengatakan, sarana yang rusak itu seperti jalan desa sebagai jalur evakuasi utama, tanggul material vulkanik, dan hilangnya tembok penahan lahar di pinggir Sungai Cikunir dan Sungai Banjaran.

Heri berharap Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya bisa melakukan penataan aktivitas masyarakat dan penggalian pasir Galunggung. (ZAL/CHE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com