Dari pantauan, pondasi cakar ayam jembatan Soekarno saat ini sudah berada di atas permukaan air. Padahal, sebelum maraknya penambangan pasir ilegal, fondasi jembatan tertutup tanah dan pasir sehingga tidak terlihat.
Kepala Balai Pelaksana Teknis Dinas Bina Marga Jateng Wilayah Cilacap Suwito mengatakan, pihaknya memastikan putusnya jembatan lama di Rawalo tersebut tidak mengganggu arus lalu lintas. Terkait terancamnya jembatan baru akibat runtuhnya jembatan lama masih akan dievaluasi lebih mendalam.
Nilai sejarah
Pemerhati sejarah Banyumas, Hindaryoen Nts, mengungkapkan, jembatan tersebut memiliki nilai sejarah tinggi. Untuk itu, seharusnya Pemkab Banyumas ikut bertanggung jawab terhadap jembatan tersebut. "Tapi, nyatanya, penambangan liar pasir di daerah setempat terkesan dibiarkan tanpa ada penindakan," ungkapnya.
Secara terpisah, Kepala Desa Rawalo Romadhon Zahrur juga mengatakan bahwa jembatan Soekarno tersebut memiliki nilai sejarah tinggi. Jembatan tersebut mulai dibangun Belanda pada 1938.
Namun, pada 1942, ketika Jepang datang, jembatan tersebut dihancurkan. Pada 1946, Soekarno merancang desainnya sekaligus dan membangun kembali jembatan tersebut.
Ada nilai filosofis yang terkandung dalam jembatan tersebut. "Dalam jembatan itu ada lima lengkung yang berarti adalah lima sila Pancasila," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.