Merauke, Kompas
Asisten III Sekretaris Daerah Merauke Markus Ricky Teurupun mengatakan hal tersebut dalam pertemuan Pemkab Merauke dengan PT Wedu Merauke, badan usaha milik daerah yang bergerak di bidang penyediaan air minum, di Merauke, Selasa (21/6).
”Kami melihat perkembangan Merauke ke depan, dengan banyaknya investasi yang masuk, jumlah penduduk Merauke akan meningkat cepat dan kebutuhan air minum juga meningkat. Karena itu, perlu dicari sumber air bersih alternatif selain Rawa Biru,” kata Markus.
Markus menuturkan, penyediaan air bersih merupakan persoalan besar di Merauke. Hal ini karena sumber air bersih di wilayah perkotaan minim. Intrusi air laut menyebabkan air sumur-sumur dangkal berasa asin.
”Selama ini penyediaan air bersih Merauke dengan menyedot Rawa Biru di kawasan Taman Nasional Wasur,” kata Markus.
Paulus Teurupun, Direktur Teknik PT Wedu Merauke, menuturkan, saat ini kemampuan menyedot dan mengalirkan air Rawa Biru ke kota Merauke sekitar 60 liter per detik. Jumlah itu masih belum mampu memenuhi kebutuhan warga Merauke.
Marc Scheres, manajer proyek Inowa Consultant, yang ditugasi melakukan studi sumber air alternatif, menuturkan, sambungan pelanggan air bersih di Merauke diperkirakan naik pesat, dari saat ini 4.000 sambungan menjadi 14.000 sambungan pada tahun 2020. Untuk itu, diperlukan suplai air bersih sebesar 500 meter kubik per jam. Oleh karena itu, perlu dicari sumber air baru untuk memenuhi lonjakan permintaan tersebut.
Berdasarkan studi awal, ditetapkan ada empat alternatif sumber penyediaan air bersih, yaitu Rawa Biru, Sungai Maro, desalinasi air laut, dan pembuatan sumur dangkal. ”Masing-masing alternatif memiliki konsekuensi,” ujarnya.
Marc mengatakan, meski air dari Rawa Biru secara kuantitas dan kualitas relatif baik, ada beberapa kelemahan dalam menyedot dan mengalirkan air ke kota Merauke, antara lain jaraknya sangat jauh dari perkotaan. Pipa untuk mengalirkan air Rawa Biru ke stasiun pompa di kota Merauke, berdasarkan data PT Wendu Merauke, mencapai 62 kilometer.