Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Sibakan Selendang Dayang Sumbi

Kompas.com - 26/04/2011, 11:55 WIB

Bachtiar yakin di Indonesia, fenomena ini baru ditemukan di Tahura. Hal yang kurang lebih serupa banyak ditemukan di Hawaii, Islandia, dan Kolombia. Bachtiar mengatakan lava itu adalah tetesan dari lava yang berada di atasnya lantas mengalir secara vertikal. Semakin jauh kekentalannya meningkat dan bagian permukaannya membeku. Namun, karena bagian dalamnya masih encer dan panas maka lava terus bergerak membentuk pola baru. Kejadian itu terjadi berulang-ulang hingga semua bagian lava membeku. Fenomena ini hampir mirip dengan bukti geologi lava pahoehoe di Hawai. Dalam bahasa hawaii, Pahoehoe artinya adalah tali.

Humas Tahura Jasmiaty mengatakan pihaknya akan segera mengembangkan Selendang Dayang Sumbi sebagai objek wisata alam andalan. Rencannya, pertengahan  tahun 2011, penggarapannya akan dilakukan lebih serius bersama beberapa wahana baru lainnya.

Setelah mayoritas pengunjung hanya mengenal curug maribaya dan curug omas, Tahura akan memperkenalkan tiga curug (air terjun) yang letaknya tidak jauh dengan Selendang Dayang Sumbi. Tiga air terjun yang selama ini masih tersembunyi di balik lebatnya hutan Tahura itu adalah Lalay, Kidang, dan Koleang. Ketinggiannya sekitar 15 meter sebelum airnya menyentuh bagian dasar.

Jasmiaty mengatakan kelebihan Lalay adalah keberadaan gua tempat keluarnya air. Gua ini menjadi tempat berkembangbiaknya kawanan kelelawar (dalam bahasa Sunda disebut lalay).

Sedangkan Kidang dan Koleang juga tidak kalah indah karena menawarkan pemandangan turunnya air menerpa batuan di bawahnya.

Aktivitas lainnya adalah memperkenalkan pengunjung tentang keberadaan bendungan pembangkit listrik Pakar buatan Belanda yang dibuat awal 1900-an. Interpreter Tahura Ganjar mengatakan bendungan ini menjadi saksi sejarah pembangkit listrik buatan Belanda di sekitar Tahura, sebelum pembangkit listrik II Pakar II yang dibuat tahun 1910, saluran air Gua Belanda tahun 1918 atau pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Dago Bengkok tahun 1922.

Wisata flora dan fauna juga akan mendapat tempat khusus. Setelah menjadi rumah bagi beragam satwa seperti kera ekor panjang (Macaca fascicularis), burung kacamata (Zoeteraps palpebrosus), perenjak Jawa (Lonchura leucogastroides), burung cinenen pisang (Orthotomus sutorius), dan ayam hutan (Galus-galus banriva). Tahura akan membuat konservasi pembiakan rusa yang diambil dari Istana Bogor. Lahan yang sudah disiapkan berada di dalam kompleks Tahura di daerah Bantarawi.

Ganjar berharap penambahan wahana itu akan membuat pengunjung menghabiskan waktu lebih lama di Tahura. Saat ini, di Tahura disediakan fasilitas menginap untuk sekitar 20 orang, sarana flying fox dan outbond, panggung terbuka, dan lapangan tenis. Tempat parkirnya pun mampu menampung puluhan mobil dan motor.

“Kami berharap agar segala sarana pendukung ini bisa menjadi magnet bagi pengembangan kelestarian alam di Tahura,” kata Ganjar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com