Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup Mereka Bertumpu di Rawa Biru

Kompas.com - 20/04/2011, 17:48 WIB

Karena tidak ingin rusa makin langka, Nek Tjong selektif membeli daging dari pemburu. Hanya daging rusa dewasa yang dibelinya. ”Kami hanya pilih rusa dewasa. Yang masih muda kami tolak,” kata Tjong.

Komunitas suku Kanum pun mulai menyadari langkanya hewan buruan. Menyikapi hal itu, komunitas itu membuat perjanjian bersama. Hanya hewan dewasa yang boleh diburu. Adapun anakannya dibiarkan hidup. Mereka juga menerapkan hukum adat sasi untuk melindungi populasi hewan.

Adat ini melarang berburu atau mengambil komoditas hutan tertentu yang diikrarkan oleh satu marga dalam satu kurun waktu tertentu. Umumnya, sasi berlaku 1-2 tahun dan harus dipatuhi semua marga. Sasi diberlakukan dengan cara memasang patok-patok kayu di wilayah tanah ulayat marga yang berakad.

Masa jeda itu bertujuan memberikan berkesempatan kepada hewan untuk berkembang biak. ”Ini salah satu wujud kearifan lokal masyarakat Marind dalam menjaga kelestarian alam,” kata Dadang Suganda, Kepala Balai Taman Nasional (TN) Wasur.

Pihak Balai TN Wasur sendiri tidak melarang warga asli yang tinggal di dalam kawasan TN Wasur untuk berburu hewan selama itu dilakukan dengan alat-alat tradisional. Apalagi, orang Marind sudah lebih dulu menghuni taman seluas 413.810 hektar itu sebelum TN Wasur terbentuk. Balai TN Wasur melarang perburuan menggunakan senapan. Adang mengakui, meski memang ada penurunan populasi, jumlah rusa dan kanguru di TN Wasur masih terkendali, 1-2 ekor per hektar.

Tumpuan hidup

Selain sebagai ladang protein bagi suku marind di sekitar TN Wasur, Rawa Biru juga menjadi sumber kehidupan bagi 195.176 penduduk Merauke.

Rawa ini merupakan sumber air bersih. Tiap hari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Merauke mengolah 5,2 juta liter air dari rawa itu untuk dialirkan ke rumah-rumah penduduk.

Menurut Kepala PDAM Merauke, Stasiun Rawa Biru, Jimi S Lobo, air bersih itu berasal dari mata air, hujan, dan air laut yang masuk ke rawa.

Begitu pentingnya Rawa Biru, warga melestarikannya dengan sejumlah kesepakatan bersama. Tidak boleh memandikan ternak di rawa. Juga tak boleh membuang sampah di rawa.

Kini warga bahu-membahu membersihkan tumbuhan tebu rawa (Hanguana sp). Akar tumbuhan ini diduga menyerap air dan mengganggu sirkulasinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com