Saat terjebak kemacetan panjang di perbatasan Riau-Jambi, Senin (11/4), A Samosir (42), sopir angkutan bahan kebutuhan pokok dari Jakarta menuju Medan, menyatakan, hampir seluruh jalan negara di Pulau Sumatera mengalami kerusakan. Di Lampung, kerusakan terutama terdapat di daerah Mesuji ke arah perbatasan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Di Sumsel, dari Pematang Panggang (perbatasan Sumsel- Lampung, sekitar 170 kilometer dari Palembang) sampai ke Teluk Gelam (sekitar 80 km dari Palembang) juga rusak. Kerusakan juga ada di Pangkalan Balai menuju Betung dan sedikit di Sungai Lilin.
Di Jambi, sebagian besar jalannya cukup bagus. Kalaupun ada kerusakan relatif kecil, terutama di ujung perbatasan dengan Riau.
”Secara garis besar, Lampung dan Sumsel meski ada bagian jalan yang rusak masih ada bagian jalan yang bagus. Jarang kami terjebak macet berjam-jam, apalagi sampai bermalam di jalan. Namun, kalau di Riau, tidak ada pilihan. Begitu masuk ke jalur Riau, kami sopir truk pasti stres. Kami waswas, apakah kami bakal menginap lagi di jalan?” ujar Samosir dengan dialek Medan yang khas.
Kondisi jalan lintas timur Sumatera yang kerap disebut jalintim di wilayah Riau memang sangat memprihatinkan. Begitu memasuki wilayah Riau dari arah Provinsi Jambi, hanya ada dua pilihan jalan: buruk atau sangat buruk.
Dari perbatasan Riau-Jambi (300 km dari Pekanbaru) sampai Pelalawan (60 km dari Pekanbaru) nyaris tidak ada jalan yang benar-benar bagus lebih dari dua kilometer. Begitu jalan sebentar, kendaraan harus mengerem karena ada lubang dari ukuran kecil sampai sebesar kubangan gajah. Kondisi lubang-lubang tersebut tentu saja sangat berbahaya, kedalamannya bahkan ada yang 60 sentimeter (cm).
Firdaus dan dua temannya yang mengendarai mobil sedan dengan pelat nomor polisi Yogyakarta benar-benar stres menghadapi kondisi jalintim di Riau. ”Bayangkan, dari Jambi kami berangkat pukul 06.00 pagi tadi, dan mencapai perbatasan Riau pukul 10.00,” kata Firdaus yang ditemui pada Senin siang. Jarak 180 kilometer tersebut harus mereka tempuh sekitar empat jam.
Lebih parah begitu memasuki Riau, dalam empat jam baru berjalan 40 km. ”Di Selensen (desa pertama di ujung Riau perbatasan dengan Jambi) mobil kami tersangkut lubang. Untungnya masih bisa didorong ramai-ramai oleh sopir truk,” ujar Firdaus.