Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Militan Al Qaeda dan 2 Polisi Tewas

Kompas.com - 18/03/2011, 02:37 WIB

SANAA, KOMPAS.com — Al Qaeda dituduh menyerang pos keamanan di provinsi Marib, Yaman bagian timur, Kamis (17/3/2011), serta menyulut bentrokan yang menewaskan tiga militan dan dua polisi.

Bentrokan itu terjadi di dekat sebuah ladang minyak di Safer, Marib, basis gerilyawan suku menyabotase pipa saluran minyak pada Selasa, kata para pejabat keamanan dan sumber suku.

"Sekelompok anggota Al Qaeda dalam dua kendaraan... menyerang sebuah pos keamanan di Marib.... Mereka bentrok dengan pasukan keamanan yang mengakibatkan dua polisi dan tiga unsur Al Qaeda tewas dan beberapa lain cedera," kata para pejabat itu.

Sebuah pernyataan yang disiarkan di situs Kementerian Pertahanan, 26sep.net, mengatakan, "Sejumlah teroris Al Qaeda menyerang pos keamanan itu ketika polisi sedang makan siang."

"Polisi juga menahan salah satu mobil dan menemukan senapan-senapan mesin di dalamnya, dan mereka yang berada di dalam mobil lain melarikan diri dengan membawa sejumlah militan yang terluka," kata pernyataan itu mengutip seorang pejabat kementerian tersebut.

Orang-orang suku Yaman menyerang pipa minyak di masa silam untuk memprotes kebijakan pemerintah, yang kini menghadapi protes yang meningkat menuntut pengunduran diri rezim.

Juga pada Kamis, pasukan Yaman menangkap dua gerilyawan Al Qaeda, termasuk seorang pemimpin lokal jaringan militan tersebut, di Taez, sebelah selatan Sanaa, kata seorang pejabat keamanan.

"Pasukan keamanan Yaman menangkap Kahled Saeed Baterfi dan Amer al-Lahji di sebuah pos pemeriksaan di Taez," kata pejabat itu, yang mengidentifikasi Baterfi sebagai seorang pemimpin Al Qaeda di provinsi wilayah selatan Abyan, dan menyebut Lahji seorang militan.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990, tetapi banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstremisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).

Para komandan militer AS telah mengusulkan anggaran 1,2 miliar dollar AS dalam lima tahun untuk pasukan keamanan Yaman, yang mencerminkan kekhawatiran yang meningkat atas keberadaan Al Qaeda di kawasan tersebut, kata The Wall Street Journal bulan September.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com