Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Nusantara Model Gus Dur

Kompas.com - 10/03/2011, 03:17 WIB

Oleh sebab itu, buku setebal 133 halam ini cukup menarik untuk kita baca dan telaah, utamanya bagi peminat sejarah. Buku karya Gus Dur ini merupakan acuan yang pas untuk memperkaya perspektif, data, dan pola penulisan sejarah yang unik, hidup, lincah, dan merakyat. Gus Dur selalu menekankan adanya pengolahan baru di dalam penulisan sejarah yang berorientasi untuk memberikan paradigma baru, angin segar di setiap tafsirnya ihwal sejarah Nusantara. Sebab, bagi Gus Dur, sejarah bukanlah sebuah serial yang mati dan stagnan dari sebuah perspektif. Oleh karenanya, gagasannya tentang sejarah selalu dibuatnya baru.

Contoh dari sekian kecerdasan Gus Dur di dalam mengolah sejarah bisa kita simak ketika Gus Dur mengaitkan asal-usul LSM dengan cerita rakyat. Cerita itu diawali dari pertempuran antara Sultan Hadiwijaya atau yang terkenal dengan sebutan Jaka Tingkir dan menantunya Sutawijya. Peperangan yang pada akhirnya dimenangi Sutawijaya itu membuat Hadiwijaya kembali ke Asta Tinggi, Sumenep, Madura, tempat di mana ia dilahirkan untuk mencari kesaktian.

Akhirnya, setelah Hadiwijaya mendapatkan kanuragan, dia pun siap bertempur kembali untuk merebutkan Pajang dari tangan menantunya, Sutawijaya. Akan tetapi, ketika Hadiwijaya istirahat di Pulau Priggobayan atau kalau sekarang terlentak di Kabupaten Lamongan, Hadiwijaya tertidur lalu bermimpi dengan sang guru. Dalam Mimpi itu kemudian sang guru menyarankan agar Hadiwijaya tidak melanjutkan perjalanannya ke Pajang untuk bertempur dengan Sutawijaya. "Jika itu kamu lakukan," ujar guru Hadiwijaya dalam mimpi, "kamu hanya akan menjadi budak kekuasaan." Singkat cerita, akhirnya Hadiwijaya mengurungkan niat ke Pajang, lalu mendirikan kekuatan baru di Pringgobayan, Lamongan, di luar kekuasaan Pajang. (hlm 5-7)

Menurut perspektif Gus Dur, cerita Hadiwijaya tidak jadi perang dengan Sutawijaya untuk merebutkan Pajang, dengan mendirikan kerajaan baru di Pringgobayan, Lamongan, itu merupakan benih-benih asal-usul tradisi LSM di negera kita. Artinya, LSM seharusnya keluar dari lingkar kekuasaan dengan mengembangkan jati dirinya sendiri, mendidik masyarakat, dan mengontrol kekusaan yang cenderung arogan. Di sinalah kelebihan tulisan-tulisan sejarah Gus Dur. Pembaca akan disuguhi cerita-cerita rakyat, kemudian diolah dengan sesuatu yang baru seperti dikontekskan dengan kondisi sekarang, diramu dengan bahasa yang jenaka dan lugas.

Gus Dur dengan gaya kepenulisannya juga berani keluar dari mainstream kepenulisan sejarah pada umumnya. Menafsirkan sejarah dengan gayanya sendiri, memilih dan memilah data-data referensi dari berbagai sumber yang tepercaya, termasuk dari cerita rakyat. Sejarah Nusantara mampu dibaca Gus Dur dengan kritis dan selalu menekankan adanya reinterpretasi baru dengan menyelipkan nilai-nilai humanisme. Kritik di dalam karya-karyanya merupakan kelebihan tersendiri dari sosok Gus Dur.

Tulisan-tulisan Gus Dur memang lebih bersifak kualitatif daripada kuantitatif, dalam artian data-data seperti tahun-tahun tidak begitu terlihat di sana-sini dalam tulisan-tulisan Gus Dur. Di sinilah mungkin kelebihan dari kepenulisan sejarah versi Gus Dur. Pembaca tidak dijenuhkan dengan menghafal tahun-tahun, tetapi lebih diajak untuk bersikap kritis, bahkan pembaca sering dibuat bertanya-tanya untuk memberikan tafsir sendiri dari sebuah peristiwa.

Oleh sebab itu, hadirnya buku ini patut kita apresiasi dan kita jadikan karya nyata, spirit, serta kobar untuk selalu membuat inovasi-inavasi baru untuk kemajuan bangsa seutuhnya dan seluruhnya.

*Peresensi adalah pustakawan pada rumah baca Jagad Aksara, Yogyakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com