Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Indonesia di Atas 100 Dollar AS Per Barrel

Kompas.com - 01/03/2011, 03:19 WIB

Jakarta, Kompas - Krisis politik di kawasan Timur Tengah berdampak pada melonjaknya harga minyak mentah produksi Indonesia atau ICP Februari hingga menembus angka 100 dollar AS per barrel. Untuk itu, pemerintah terus mengamati secara sistemik perkembangan situasi di kawasan itu, termasuk jaminan pasokan minyak.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy Saleh, seusai menghadiri acara pelantikan pejabat eselon II di lingkungan Kementerian ESDM, Senin (28/2) di Jakarta, menyatakan, berdasarkan pengamatan terakhir, kecenderungan harga ICP sudah 111,36 dollar AS per barrel, dan harga minyak Brent 112 dollar AS per barrel.

Padahal, asumsi dasar harga minyak mentah produksi Indonesia di APBN 2011 sebesar 80 dollar AS. ”Sikap strategis pemerintah itu biasanya didasarkan pada rata-rata 12 bulan terakhir,” kata dia.

Dalam 12 bulan terakhir, dari Maret 2010 sampai minggu terakhir Februari 2011, rata-rata harga ICP sekitar 83,45 dollar AS per barrel. ”Artinya, kita tidak terlalu gugup. Yang penting proaktif dan sistematis. Memang harga telah 112 dollar AS per barrel, tetapi kecenderungan masih 83 dollar AS per barrel,” ujarnya.

Dalam memutuskan langkah strategis, termasuk mengubah asumsi makro ICP dalam APBN 2011, pemerintah tidak bisa hanya melihat posisi sesaat ICP. Sebagai contoh, pada tahun 2008, ICP hampir mencapai 140 dollar AS per barrel, tetapi rata-ratanya 115 dollar AS per barrel.

Pasokan aman

Selain itu, pemerintah juga terus mengamati jaminan pasokan minyak untuk Indonesia. Sejauh ini pasokan minyak masih aman. ”Yang terus kami amati adalah jaminan pasokan buat kita. Setiap dua hari sekali kami rapat strategis,” ujarnya.

Sejauh ini, menurut Darwin, fundamental suplai dan permintaan minyak dunia aman. Saat ini permintaan 88 juta barrel dan suplai minyak dunia 89 juta barrel per hari. Cadangan komersial negara anggota Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) untuk 57,5 hari, lebih tinggi dibandingkan dengan lima tahun lalu 54,6 hari.

Arab Saudi telah menambah pasokan minyak pada 24 Februari lalu untuk mengganti kosongnya pasokan dari Libya.

Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina (Persero) Djaelani Sutomo menyatakan, sejauh ini pasokan minyak dari luar relatif aman. Belum ada rencana penambahan impor minyak. ”Kami tetap mempertahankan stok. Kilang tetap beroperasi, dan stok cukup,” kata dia.

Pertamina kebanyakan mengimpor minyak dari Arab Saudi dan Singapura. Jadi, pengaruh krisis politik di Timur Tengah relatif sedikit.

Menurut Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan, pekan lalu, jika pasokan minyak mentah dari Timur Tengah terganggu, kebutuhan impor minyak kemungkinan dipenuhi dari Petronas, Malaysia, karena konsumsi dalam negeri Malaysia lebih kecil daripada produksi.

Vice President Komunikasi Korporat PT Pertamina Mochamad Harun menambahkan, cadangan minyak mentah Pertamina cukup untuk 22 hari. Volume impor minyak 400.000 barrel per hari. Sebesar 50 persen di antaranya dari Timur Tengah, terutama dari Arab Saudi. ”Kondisi akan sulit jika suplai semakin sedikit dan harganya kian mahal,” ujarnya. (EVY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com