Hasil yang sedikit itu, menurut Ngetan, disebabkan tanaman tidak dipupuk dan tak ada pembasmi hama. ”Tampaknya padi ini terkena penyakit, tapi kami tidak tahu. Batangnya berwarna kehitaman,” ujarnya.
Perekonomian komunitas rimba di Pelakar Jaya sudah jauh lebih stabil dibandingkan sebagian kelompok lain yang hidup terlunta-lunta di sepanjang jalan lintas Sumatera. Selain mereka, ada juga kelompok rimba di Desa Sungai Kijang, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Musi Rawas.
Kelompok ini dapat melebur dengan warga masyarakat desa. Mereka tinggal bergabung dengan transmigran dari luar. Anak-anak mengenyam pendidikan di sekolah umum. Para ibu aktif dalam kegiatan arisan wanita desa. Perekonomian mereka juga lebih mapan melalui budidaya karet.
Menurut Tina, warga rimba setempat, dalam sepekan ia bisa memperoleh Rp 300.000 hingga Rp 400.000 dari menjual getah karet. Ketika ditanya apakah telah nyaman hidup menetap ataukah masih ingin hidup berpindah, baik Nungkay maupun Tina memilih yang pertama.
Menurut Nungkay, hidup menetap adalah pilihan terbaik karena hutan sebagai sumber penghidupan mereka pada masa lalu sudah porak-poranda. ”Kalau berburu babi atau labi-labi, hasilnya tidak lagi menentu. Belum tentu dalam seminggu kami bisa mendapat babi. Hutan pun sudah tidak ada. Tetapi, kalau menyadap karet, hasilnya lebih bisa diperkirakan,” ujarnya.