Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Pahit Pemberi Madu Pelayaran

Kompas.com - 22/02/2011, 02:36 WIB

Cyprianus Anto Saptowalyono

Setiap hari sekitar 2.000 sopir truk menyeberang menggunakan feri dari Pelabuhan Merak menuju Bakauheni. Merekalah pemberi ”madu” pendapatan bagi operator pelayaran di lintas penyeberangan Jawa-Sumatera itu. Ironisnya, belakangan ini mereka justru banyak mengalami masa pahit.

Para sopir truk itu harus mengantre berhari-hari akibat antrean panjang sebelum kendaraannya dapat naik kapal.

Saeful, sopir truk pengangkut makanan ringan dari Jakarta tujuan Lampung, berdiri menyandarkan punggungnya pada bak truknya yang berhenti di ruas Cikuasa Atas, Kota Cilegon, Banten, Senin (21/2). Pandangannya kosong mengarah ke tebing Cikuasa Atas yang ditumbuhi belukar.

Sudah 13 jam ia lewatkan untuk mengantre dari pintu Tol Cilegon Barat hingga pertengahan ruas Cikuasa Atas yang jaraknya hanya 5 kilometer. Ia mendapat tugas mengantar muatan tersebut dengan ongkos borongan Rp 3,5 juta pergi-pulang Jakarta-Lampung.

Dipotong biaya solar, tarif tol, tarif penyeberangan Merak-Bakauheni pergi-pulang, dan ongkos bongkar muat truk, setiap kali mendapat tugas mengantar barang ke Lampung Saeful mendapat pendapatan bersih sekitar Rp 350.000.

”Itu kalau lancar. Kalau macet begini dan tidak tahu kapan menyeberang, bisa-bisa pulang nanti saya tidak bisa bawa uang untuk keluarga,” kata Saeful.

Pekan lalu, saat terjebak antrean di Merak, dia pun terpaksa menjual telepon selulernya seharga Rp 300.000 karena kehabisan uang.

Berkaca pada pengalaman getir itu, untuk perjalanan kali ini Saeful tidak membawa kernet. Penghematan pun dia lakukan dengan hanya makan dua kali sehari, yakni pada siang dan malam hari.

”Untuk pagi hari cukup ngopi saja agar irit,” kata lelaki yang memiliki tiga anak ini.

Kondisi tidak jauh berbeda dialami Kasito, sopir truk pengangkut bantal yang harus menghemat agar upah Rp 200.000 yang didapatnya tidak kian menipis tersedot pengeluaran selama mengantre.

Tidak jauh dari tempat Kasito berselonjor di aspal, seorang sopir lain duduk di bawah bak truk sambil minum agar-agar dalam kemasan seharga Rp 500—yang lazim jadi jajanan bocah—untuk sekadar menghilangkan lapar yang melilit perut.

Akibat kelamaan menunggu, memang banyak sopir yang kelelahan sehingga terlelap tidur, baik di dalam jok maupun di pinggir jalan.

Mengantre selama dua hari itu bahkan merepotkan mereka jika ingin buang air.

”Tergantung posisi antrean. Kalau dekat warung dan SPBU ya numpang, tapi kalau pas terjebak di tol dan jauh dari kakus, ya, terpaksa ada yang buang hajat di parit,” kata Eko, sopir lain.

Para sopir yang ditemui mengeluhkan antrean di Merak yang belakangan ini semakin sering terjadi. Antrean di Merak pada Februari ini dirasakan semakin panjang dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

Saat cuaca buruk melanda perairan Selat Sunda pada Desember-Januari lalu, yang mengakibatkan kapal sulit sandar di dermaga, misalnya, ekor antrean truk yang hendak menyeberang ke Merak maksimal hanya sampai Cikuasa Atas, tidak pernah sampai masuk tol hingga 9 kilometer, seperti sempat terjadi beberapa hari lalu.

Kutipan liar

Beberapa sopir dan kernet juga menemukan saat terjadi kemacetan ada oknum-oknum yang memanfaatkannya dengan mengutip sejumlah uang untuk mempercepat truk masuk kapal. Istilah mereka, ada jalur tembak.

”Tadi malam, saat antre di tol, ada orang yang menawari truk di depan saya supaya cepat masuk pelabuhan, tetapi harus bayar Rp 70.000,” kata Iwan, kernet truk.

Kepala Kepolisian Resor Cilegon Ajun Komisaris Besar Umar Surya Fana mengimbau warga agar tak ragu melapor kepada polisi seandainya melihat ada orang menawarkan jasa mempercepat masuk pelabuhan dengan mengutip sejumlah uang.

”Insya Allah kalau dari polisi tidak ada yang melakukan seperti itu,” ujarya.

Menurut Umar, Sabtu lalu polisi juga mendapat laporan ada orang yang mengutip uang Rp 20.000 dari para sopir yang terjebak kemacetan. Si pengutip yang berjaket hitam, bercelana coklat, dan berambut cepak tersebut menjanjikan dapat mempercepat truk masuk ke pelabuhan.

”Setelah kami cek ke lokasi, ternyata orang tadi mengaku polisi. Dia sebenarnya tukang ojek. Saat ini dia sedang menjalani pemeriksaan di Polsek Pulo Merak karena lokasi kejadian ada di wilayah tersebut,” kata Umar.

Direktur Usaha Pelabuhan PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (Persero) Prasetyo Bakti Utomo juga menjamin tidak ada pungutan tambahan di dalam pelabuhan bagi kendaraan untuk diprioritaskan lebih dulu masuk kapal.

”Tidak mungkin ada jalur tembak di dalam pelabuhan karena sudah penuh dengan truk yang mengantre,” tuturnya.

Jalur yang tersisa itu untuk truk bahan kebutuhan pokok, kendaraan penumpang, dan kendaraan pribadi.

”Kalau itu dipakai sebagai jalur tembak, pasti truk-truk yang mengantre di dalam pelabuhan mengamuk semua,” ujarnya.

Menurut Prasetyo, panjangnya antrean truk belakangan ini murni akibat kurangnya jumlah kapal yang beroperasi karena ada kapal yang sedang dalam perawatan, rusak, dan masuk dok.

Mulai Senin ini jumlah kapal yang beroperasi bertambah menjadi 18 unit sehingga diharapkan dapat tercapai 72 trip dalam sehari.

”Kalau jumlah kapal dan trip dapat konsisten seperti itu, saya kira besok antrean truk dapat terurai,” kata Prasetyo optimistis.

Sementara itu, berdasarkan keterangan petugas sentral komunikasi PT Marga Mandalasakti, Surono, kemarin pukul 19.30, kemacetan masih terjadi di tol Tangerang-Merak Kilometer 97 atau sekitar 1 kilometer dari gerbang Tol Merak. Artinya, hingga Senin malam panjang antrean di luar Pelabuhan Merak masih sekitar 5 km.

Di kegelapan ruas jalan Cikuasa Atas itulah para sopir sepanjang malam harus mengantre sebelum dapat masuk kapal. Berapa jam lagi mereka sampai tujuan, mereka pun tak lagi dapat memperkirakan.

Ironisnya, kemacetan yang terjadi di Merak itu hanya berjarak sekitar 100 kilometer dari Jakarta. Sedekat itu dari pusat pemerintahan, permasalahan selalu berulang dan tidak pernah tertangani secara tuntas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com