Magelang, Kompas
Hal itu dikatakan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto di sela-sela kunjungannya ke Dusun Gempol, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (29/1).
Ia memberi contoh pengerukan material vulkanik lahar dingin yang memenuhi 15 sungai yang berhulu di Gunung Merapi di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Penanganan permanen diperkirakan baru bisa dilakukan saat musim kemarau sekitar April mendatang.
”Kita tidak mungkin melakukan pengerjaan fisik infrastruktur pada musim hujan karena intensitas hujan tinggi dan potensi banjir lahar dingin mengancam setiap hari,” katanya.
Jembatan Pabelan di jalan raya Magelang-Yogyakarta, misalnya, upaya penanganannya hanya membersihkan material vulkanik di sekitar jembatan. Kaki jembatan Pabelan sudah terkikis material batu dan pasir.
Djoko mengatakan, pihaknya sudah merancang proyek rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur yang terkena dampak lahar dingin dengan alokasi dana Rp 800 miliar-Rp 1 triliun. Proyek ini diharapkan dapat mengantisipasi dampak banjir lahar dingin yang diprediksi masih akan terjadi pada musim hujan selama dua tahun mendatang.
Erupsi Gunung Merapi yang terjadi tahun 2010, menurut Djoko, sama dahsyatnya dengan erupsi tahun 1840. Hal itu terkait banyaknya volume material yang dimuntahkan. Kementerian Pekerjaan Umum belum mengetahui jumlah tepat material yang mengalir turun ke sungai-sungai dan berapa banyak yang masih di sekitar puncak Merapi.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Bambang Hargono mengatakan, sekitar 60 persen dari 244 dam sabo yang dibangun di kawasan Gunung Merapi rusak. Karena itu, dam sabo yang ada tidak dapat berfungsi optimal menampung material lahar dingin yang terus meluncur.
Pejabat Pembuat Komitmen Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga Provinsi Jateng Budi Sudirman mengatakan, mulai Senin pihaknya akan memulai tahap awal
Kegiatan akan dilanjutkan dengan memperbaiki jalan dan mengembalikan lebar jalan seperti semula. Kebutuhan dana diperkirakan Rp 2 miliar-Rp 3 miliar.