Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

79 Pengungsi Alami Gangguan Jiwa

Kompas.com - 27/01/2011, 04:07 WIB

Harus dikosongkan

Daerah aliran sungai (DAS) yang berhulu di Merapi dan berjarak 20-30 kilometer dari puncak Merapi disarankan segera dikosongkan. Hal ini untuk mencegah terjadinya korban jiwa.

”Dengan volume material vulkanik yang demikian banyak, kita tidak bisa berbuat lain kecuali memberikan ruang yang cukup bagi aliran lahar dingin untuk mengisi sekitar DAS,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta Subandriyo.

Yang mendesak dikosongkan adalah wilayah yang terkena banjir lahar dingin. Pemerintah Kabupaten Magelang diharapkan segera melakukan pemetaan daerah bencana dan memindahkan warga ke lokasi yang lebih aman.

Berdasarkan pendataan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Magelang, jumlah warga yang tinggal di daerah rawan bencana lahar dingin, radius 300 meter dari alur sungai, ada 24.960 keluarga atau 172.342 jiwa. Mereka tersebar di 45 desa di enam kecamatan.

Menurut Subandriyo, jumlah material hasil erupsi Gunung Merapi tahun 2010 terdata 130 juta meter kubik, hingga sekarang baru 20 persen dari material itu turun sebagai lahar dingin.

Menurut Subandriyo, antisipasi banjir lahar dingin tidak bisa mengandalkan 224 dam sabo di kawasan Gunung Merapi. Selain daya tampung terbatas banyak dam sabo tertimbun material dan hanyut terbawa banjir lahar.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jateng Djarot Nugroho menyatakan, Pemkab Magelang berkewajiban menyiapkan lahan untuk relokasi korban lahar.

Laboratorium hidraulika Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada memasang sistem pemantau banjir lahar dingin di sejumlah aliran sungai di DI Yogyakarta dan Magelang, Jateng.

Data yang diperoleh dari sistem pemantau akan disiarkan lewat internet sehingga bisa dipantau lewat komputer atau telepon seluler. Demikian dinyatakan Guru Besar Hidraulika UGM Budi Santoso Wignyosukarto.

(EGI/WHO/GAL/WKM/IRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com