Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stop Dana dari APBD

Kompas.com - 15/01/2011, 04:37 WIB

Jakarta, Kompas - Sebagian besar klub di Liga Super Indonesia masih terus ”menyusu” dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Agar tidak semakin membebani, dana APBD untuk klub harus dihentikan dan klub dituntut untuk berusaha mencari sumber pembiayaan lain.

Sejumlah daerah sepakat, klub harus mandiri dan dana APBD harus dihentikan, meski secara bertahap. Bahkan, di Jakarta, Pemprov DKI sudah diminta membatalkan alokasi APBD untuk Persija dan Persitara.

”Saya sangat berharap manajemen Deltras untuk berkarya secara kreatif mencukupi kebutuhan tim. Jika memang masih belum mampu, untuk sementara memang masih didukung dana dari APBD,” ujar Ketua DPRD Sidoarjo Dawud Budi Sutrisno, Jumat (14/1) di Sidoarjo.

Hal senada disampaikan Ketua DPRD Lamongan Makkin Abbas. Menurutnya, anggaran untuk Persela Lamongan yang selama ini dikucurkan melalui KONI akan dikurangi bertahap hingga akhirnya nol. Nantinya diharapkan klub mandiri dan tidak lagi membebani APBD.

”Selama ini, sebenarnya tidak ada masalah terkait dana. Pertanggungjawaban penggunaan dana cukup bagus. APBD bukan satu-satunya sumber dana klub karena ada dana pihak ketiga. KONI-lah yang menentukan besarnya dana untuk Persela berapa,” katanya.

Pada 2009, dari Rp 16 miliar anggaran untuk KONI, Rp 14,5 miliar diperuntukkan buat Persela, sisanya Rp 1,5 miliar untuk KONI dan seluruh cabang olahraga lain. Pada 2010, Persela mendapat kucuran dana sebesar 11,5 miliar dan 2011 Rp 11 miliar.

Di Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo belum berencana membatalkan alokasi anggaran bagi Persija dan Persitara meskipun beberapa anggota DPRD sudah mendesaknya. Desakan itu, di antaranya, disampaikan Sekretaris Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta Jhonny Simanjuntak.

”Kemandirian secara finansial adalah masalah klasik yang diperdebatkan sejak lama. Kami ingin kedua kesebelasan itu mandiri tetapi tidak dengan cara memotong begitu saja alokasi anggaran jika pengurusnya belum memiliki sumber pendanaan yang memadai,” kata Fauzi.

Terganggu

Sumber pemasukan dari tiket laga adalah sumber dana terbesar Arema Indonesia. Jika laga terganggu, keuangan mereka pun akan terganggu. ”Saat ini, persoalan utama kami adalah jika kompetisi terganggu. Saat libur kompetisi November-Desember lalu, jelas pemasukan kami dari tiket terganggu. Akibatnya, gaji pemain sempat tertunda hingga dua bulan,” ujar media officer Arema Indonesia, Sudarmaji.

Selama ini, tiket menempati porsi terbesar, yaitu 40 persen sumber dana klub. Dengan bergantung cukup besar pada tiket, jika laga big match seperti lawan Persema Malang yang batal digelar 4 Januari lalu (setelah Persema Malang memutuskan ikut Liga Primer Indonesia), pemasukan yang diharapkan bisa menutup gaji pemain pun tertunda.

”Saat itu gaji pemain akhirnya terakumulasi tertunda hingga tiga bulan. Namun, beruntung setelah ada pemasukan lain dari donatur maka per 10 Januari 2011 dua kali gaji pemain sudah terselesaikan,” ujar Sudarmaji.

(apo/aci/dia/hen/ ink/eca/ray)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com