Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laki-laki Biang Kegagalan Pembangunan Milenium

Kompas.com - 15/01/2011, 03:14 WIB

Karena nilai patriarkat masih kental dianut, visi baru dalam pengendalian jumlah penduduk melalui KB harus menuntut perubahan sikap dan perilaku laki-laki: jangan lagi terkurung stereotip bahwa KB adalah isu perempuan. Laki-laki juga harus meyakini bahwa meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan sebagai salah satu tujuan KB adalah masalah medis-sosial-politik yang menjadi tanggung jawab bersama perempuan dan laki-laki.

Sangat merisaukan bahwa hingga hari ini tidak ada partai politik—kebanyakan dipimpin laki-laki—yang menunjukkan kepedulian terhadap isu terkait dengan kesehatan perempuan. Angka kematian ibu yang tinggi, kekerasan terhadap perempuan yang makin meningkat dan berakibat pada kesehatan fisik, serta mental sosial perempuan lepas dari perhatian para elite politik.

Sebagai lelaki, mereka lupa bahwa mereka ”ada” karena ada perempuan yang melahirkan mereka. Sudah waktunya lelaki mengakui isu laju kependudukan yang kini mencapai titik mengkhawatirkan adalah hasil relasi seksual perempuan dan lelaki.

Laki-laki, yang dalam UU Perkawinan Tahun 1974 ditempatkan sebagai pemimpin, sudah saatnya menunjukkan tanggung jawab terhadap lajunya jumlah penduduk dengan visi baru. Mereka harus berhenti menganggap bahwa laki-laki tak terkait dengan kelahiran bayi-bayi baru. Maka, revitalisasi KB memerlukan sikap dan perilaku laki-laki yang peduli pada kesehatan reproduksi perempuan sebagai tujuan akhir KB.

Pembangunan milenium

KB zaman Orde Baru berasumsi, jika perempuan hanya melahirkan dua anak, kualitas kesehatannya akan meningkat. Kenyataan tak demikian. Angka kematian ibu sejak gemilang KB hingga kini masih tinggi dan tetap menghantui perempuan.

Angka kematian ibu juga mengancam ambisi Indonesia memenuhi Tujuan Pembangunan Milenium meningkatkan kesehatan perempuan. Dalam konteks mengurangi laju penduduk, diperlukan visi baru tentang partisipasi laki-laki.

Sekali lagi, kaum lelaki harus berhenti berpikir bahwa mengendalikan laju penduduk menjadi tanggung jawab perempuan. Perempuan tak harus dijadikan buron agar menjadi peserta aktif KB. Laki-laki harus sadar bahwa kuncinya adalah pada partisipasi aktif laki-laki sebagai peserta KB.

Maka, untuk mengurangi kelahiran 4,5 juta bayi per tahun, diperlukan komitmen dan tanggung jawab laki-laki terhadap penciptaan kesejahteraan masyarakat.

Jelas kiranya bahwa revitalisasi KB dalam konteks menurunkan laju penduduk memerlukan visi baru laki-laki tentang perannya di berbagai urusan domestik dan publik.

Sudah saatnya mengadakan refleksi mengapa partisipasi laki-laki dalam program KB selama ini hanya sekitar 1 persen dan tak bergerak maju secara signifikan. Diperlukan kemauan dan komitmen. Siapkah laki-laki mengubah visi terhadap KB dan peningkatan kesehatan reproduksi perempuan dari tidak peduli menjadi suatu komitmen? Siapkah laki-laki mengubah statistik keikutsertaan ber-KB dari 1 persen jadi 3,5 persen tahun 2015? Suatu tantangan bagi lelaki dalam kaitan ledakan jumlah penduduk.

Saparinah Sadli Pendiri Pusat Kajian Wanita UI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com