Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laki-laki Biang Kegagalan Pembangunan Milenium

Kompas.com - 15/01/2011, 03:14 WIB

Saparinah Sadli

Lahirnya 4,5 juta bayi per tahun atau 18 juta jiwa dalam empat tahun menuntut pemenuhan hak-hak dasar bagi tumbuh kembang dan penciptaan lapangan kerja baru bagi anak-anak ini. Revitalisasi program Keluarga Berencana harus diprioritaskan melalui intervensi khusus.

Sukses program KB yang menjadikan Indonesia kampiun dalam urusan ini berpangkal pada kontribusi perempuan. Lebih dari 95 persen peserta KB adalah perempuan! Mereka dijadikan buron dengan anggapan bahwa rahim perempuan adalah milik negara. Dengan sistem target, keluarga Indonesia dalam waktu singkat mengadopsi nilai baru: dua anak cukup.

Luar biasa, dan itu membanggakan para pengelola negara. Meski perempuan adalah pendukung utama sukses KB, kesehatan reproduksi perempuan yang bermasalah masih terabaikan. Angka kematian ibu di zaman gemilang KB tercatat 420/100.000 kelahiran hidup.

Meski semboyan ”dua anak cukup” berhasil, upaya penurunan angka kematian ibu tak dianggap penting oleh para elite politik. Meski saat ini angka kematian ibu menurun menjadi 227/100.000, kita masih tertinggal dibandingkan dengan angka kematian ibu di ASEAN. Ini mengindikasikan bahwa hak hidup perempuan Indonesia masih dilanggar. Artinya, ibu sebagai satu-satunya makhluk yang diberi kemampuan melahirkan bayi masih diancam berbagai komplikasi saat mengandung dan melahirkan.

Yang segera perlu dijawab adalah bagaimana bentuk revitalisasi KB agar perempuan tak lagi jadi buron dan bagaimana pula hal ini bisa dicapai dengan lebih peduli pada kesehatan perempuan? Jelas tak boleh mengulang kelemahan program KB Orde Baru yang tak peduli pada kesehatan reproduksi perempuan. Tak boleh diulang pula kelemahan lainnya: tak berhasil meyakinkan laki-laki menjadi partisipan aktif.

Visi baru lelaki

Lelaki terbatas pada keaktifannya membuat program atau bekerja sebagai motivator KB. Jumlah laki-laki yang menyadari bahwa dalam mengendalikan laju penduduk dibutuhkan komitmen bersama laki-laki dan perempuan masih sangat terbatas. Laki-laki saat itu masih terjegal oleh stereotip: dialah yang berhak merencanakan dan menentukan; perempuan tinggal melakukannya.

Laki-laki perlu disadarkan bahwa mereka harus ikut bertanggung jawab dalam perencanaan keluarga, yang pada gilirannya akan membantu pengendalian jumlah penduduk tercapai. Karena itu, program revitalisasi KB perlu disandarkan pada pemikiran baru, program baru, dan sikap baru atau visi baru secara total.

Ini harus dimulai dengan kesadaran para elite politik meyakini bahwa target dalam pengurangan laju penduduk melalui revitalisasi program KB haruslah perempuan dan laki-laki. Bukankah mereka berdua yang melahirkan bayi baru?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com