Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Cengkeh Pun Merugi

Kompas.com - 13/01/2011, 03:55 WIB

Purwakarta, Kompas - Senasib dengan petani manggis dan mangga, petani cengkeh di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, merana karena gagal panen. Sejumlah petani lalu beralih menanam tanaman pendek, seperti kapulaga, buncis, selada, dan kubis sebagai sumber pendapatan alternatif.

Cuaca buruk sepanjang tahun 2010 juga menjadi penyebab kegagalan petani memanen tanaman mereka.

Usman Sadeli, petani cengkeh di Desa Cikeris, Kecamatan Bojong, Rabu (12/1), mengatakan, hujan mengguyur saat pohon cengkeh berbunga, awal tahun 2010. Akibatnya, bunga rontok dan tak ada buah yang dapat dipanen pada masa panen Agustus-Oktober lalu.

Satu pohon berusia lebih dari 20 tahun di daerah itu biasanya memproduksi hingga tiga kuintal cengkeh basah per musim. Namun, pohon-pohon milik petani di Bojong, Kiarapedes, Darangdan, dan Wanayasa yang menjadi sentra cengkeh di Purwakarta umumnya tak berbuah.

Ahmad Mulyana, petani cengkeh di Desa Garokgek, Kecamatan Kiarapedes, menambahkan, hasil panen dari 50 pohon miliknya biasa laku dijual hingga Rp 20 juta per musim. Namun, karena produksi anjlok, jumlah cengkeh yang dapat dipanen hanya laku kurang dari Rp 9 juta.

Januari-Maret ini, kata Ahmad, tanaman cengkeh kembali memasuki masa berbunga. Namun, pohon-pohon cengkeh belum terlihat berbunga. Petani berharap penyinaran matahari untuk mendukung proses pembuahan agar dapat memanen cengkeh pada musim ini.

Menurut Ade Sugema, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Wanayasa, manggis dan cengkeh menjadi sumber pendapatan utama karena hasil panen dan harga jualnya tinggi. Dalam satu musim, petani bisa memperoleh jutaan hingga puluhan juta rupiah dari hasil panen komoditas tersebut.

Hama padi

Di Kabupaten Jombang, Mojokerto, dan Sidoarjo, Jawa Timur, cuaca buruk membuat hama tanaman padi terus berkembang biak. Akibatnya, petani rugi dalam jumlah tidak sedikit.

Menurut pantauan, Rabu (12/1), pelbagai jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi adalah orong-orong, keong emas, tikus, wereng coklat, sundep, mentek, dan burung. Padi yang diserang bervariasi, dari yang berumur sekitar 10 hari sampai yang sudah hampir panen.

”Sejak awal tanam, tanaman padi diserang orong-orong,” kata Syamsul Ma’arif (40), petani Desa Wringin Pitu, Mojowarno.

Di Desa Sidorono, Kecamatan, Krian, Sidoarjo, tanaman padi diserang tikus, wereng, dan burung. Sementara petani Desa Gunung Gedangan, Kecamatan Magersari, Mojokerto, mengeluhkan serangan tikus sehingga memerosotkan hasil produksi padi.

”Sudah saya basmi dengan racun tikus, tetapi masih saja ada serangan hama tikus,” kata Sai (44), petani.

Serangan hama tikus juga semakin meluas di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dan sedikitnya 3.232 hektar sawah terancam. Cuaca yang cenderung mendung dengan intensitas hujan rendah sejak awal tahun mendukung perkembangbiakan dan migrasi hama itu.

Oni Nuroni (54), petani di Desa Cigebar, Kecamatan Bojongsoang, mengatakan bahwa hama tikus awalnya hanya menyerang sekitar sepersepupuh lahan dari total satu hektar sawah yang digarapnya. ”Sepekan ini, bekas keratan tikus sudah menyerang hampir seperdelapan luas lahan. Untung cepat ketahuan,” ujarnya.

Hal serupa dikeluhkan Hadi Mulyadi (58), petani di Kecamatan Ciparay. Seperempat bagian sawahnya rusak akibat serangan hama tikus sejak awal Januari lalu. (MKN/TIF/GRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com