Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Jam dalam Dekapan Maut

Kompas.com - 05/01/2011, 08:36 WIB

Tak berapa lama, Tim Search and Rescue Magelang menyelamatkan Kardiman dan 47 warga Desa Jumoyo lain yang terjebak banjir lahar dingin. Para warga yang terjebak itu sebagian menyelamatkan diri di atap rumah, di pohon, atau berlari ke areal persawahan yang berada di lokasi lebih tinggi.

”Saya sendiri seperti antara hidup dan mati. Semula saya manjat pohon pisang, tetapi terendam juga. Terus saya melompat ke pohon petai sampai setinggi 4 meter. Waktu itu saya sudah pasrah karena pohon sepertinya mau roboh saat terkena batu besar,” kata Tarno (37), warga Dusun Gempol.

Gagal diantisipasi

Bagi warga Desa Jumoyo, inilah banjir lahar dingin besar kedua sejak Merapi meletus. Sebelumnya, 8 Desember silam, lahar dingin meluluhlantakkan pasar desa, 12 toko, dan 23 rumah di desa itu. Sebanyak 986 warga pun mengungsi.

Kepala Desa Jumoyo Sungkono mengatakan, sejak Senin pukul 18.00 evakuasi sudah disiapkan karena ada informasi dari handy talky bahwa hujan deras di hulu Sungai Putih akan membawa lahar dingin. ”Kami persiapkan semua petugas dan sukarelawan untuk mengungsikan warga,” kata Sungkono.

Namun, aliran lahar dingin yang membawa pasir dan batu-batu berukuran raksasa itu ternyata lebih cepat dari yang diperkirakan. Dalam waktu 20 menit, banjir sudah mulai meluap dari badan Kali Putih di wilayah Gempol yang berjarak sekitar 8 kilometer dari hulu. Dengan cepat, para petugas desa dan sukarelawan mengungsikan warga dari setiap rumah.

Sekitar pukul 19.00 banjir mencapai atap rumah-rumah warga. Proses evakuasi tak berlangsung mudah. Selain medan yang berbahaya dan gelap, banyak warga juga enggan dievakuasi dari rumahnya.

”Mereka memilih bertahan di atap rumah. Saking takutnya, mereka enggan dievakuasi sehingga harus dibujuk agak lama baru turun,” kata Sungkono.

Tak selesai drama pada malam itu, pada pagi hari banyak warga yang kembali untuk melihat kondisi rumahnya histeris dan shock, terutama kaum perempuan. Mereka lunglai karena menyaksikan rumah dan harta bendanya porak-poranda dan tertimbun pasir.

Gunarso (47), warga Dusun Gempol, hanya terdiam linglung saat melihat tak sejengkal pun bangunan rumahnya yang tersisa. Rumah yang dibangunnya enam bulan silam itu terseret lahar dingin beserta seluruh isinya. Bahkan, fondasi rumah Gunarso tak lagi berbekas.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com