Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Terpaksa Mengurangi Porsi Cabai

Kompas.com - 04/01/2011, 05:03 WIB

Jakarta, Kompas - Kenaikan harga cabai yang mencapai Rp 90.000 per kilogram membuat pedagang makanan menggunakan berbagai siasat untuk menahan kenaikan harga jual makanan. Jumlah cabai yang digunakan dalam masakan terpaksa dikurangi untuk menekan biaya dan menjaga harga makanan tidak naik.

Casiyah, pedagang nasi di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (3/1), mengaku mengurangi penggunaan cabai untuk bahan makanannya. ”Biasanya, saya pakai cabai merah keriting 0,5 kilogram (kg) per hari, sekarang hanya 0,25 kg. Cabai rawit merah juga dikurangi dari 0,25 kg jadi 1 ons saja sekarang,” kata Casiyah yang membidik pangsa pasar kelas bawah.

Pengurangan cabai ini dilakukan Casiyah karena dia tidak bisa menaikkan harga jual setiap porsi nasi. ”Pembeli saya kebanyakan pedagang dan pekerja yang mendapatkan upah Rp 300.000 per bulan plus uang makan Rp 15.000 sehari. Kalau harga dinaikkan Rp 500 saja, mereka pasti keberatan,” tutur Casiyah.

Setiap porsi nasi ia jual Rp 6.000-Rp 8.000. Kondisi ini membuat Casiyah tidak mengurangi keuntungan diperoleh.

Hal senada dilakukan Nurani, (40) pemilik warteg di Jalan Sate, Bintaro, Jakarta Selatan. ”Saya terpaksa tidak menghidangkan sambal gratisan lagi. Sambal sudah termasuk dalam lauk, seperti balado udang atau sambal goreng hati. Kalau ada yang minta tambah sambal, saya cuma bisa tertawa,” kata Nurani.

Sementara pedagang tahu gejrot yang ditemui di Jalan Prapanca, Jakarta Selatan, mengatakan sejak dua pekan ini tidak lagi menggunakan cabai rawit merah. ”Saya memakai cabai rawit hijau saja semuanya karena tidak kuat membeli cabai rawit merah,” kata Idrus (28).

Kenaikan harga cabai juga dikeluhkan oleh Agi (20), pedagang pecel lele di simpang Ciawi, Bogor. ”Terpaksa harga jual saya naikkan. Harga pecel ayam dari Rp 10.000 per porsi jadi Rp 11.000, sedangkan harga pecel lele dari Rp 8.000 jadi Rp 10.000 per porsi,” katanya.

Ny Siti Julaeha (38), pemilik warung makan di dekat kantor Polsek Ciawi, mengatakan, walaupun harga belanjanya mahal, ia tidak dapat menaikkan harga jual soto dan makanan lainnya. Hal ini karena ia harus mempertahankan pelanggannya.

Siti saat ini tidak berpikir dapat untung berlebih dari warung makannya. Yang penting, dari warung, keluarga bisa ikut makan dan ada uang untuk belanja esoknya. ”Kalau berpikir harus dapat untung, enggak akan berani buka warung lagi,” kata ibu empat anak yang menekuni usaha warung makannya sejak 10 tahun lalu ini.

Tidak sanggup beli

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com