Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bencana Itu Menyatukan

Kompas.com - 02/01/2011, 04:05 WIB

Bencana alam yang menimpa Wasior, Mentawai, dan Gunung Merapi tahun lalu menyentak rasa kemanusiaan bangsa Indonesia. Rakyat mengorbankan waktu, tenaga, dan pekerjaan demi membantu korban bencana. Mereka tidak menunggu publikasi. Mereka hanya menjalankan ajaran leluhur, saling menolong tanpa pamrih.

Hasruddin (24) tengah berunding dengan beberapa pengungsi dan warga di Desa Wasior Dua, Distrik Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, Rabu (22/12). Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Papua Barat itu sedang membahas kekurangan material untuk membuat sumur bagi pengungsi.

”Kalau material sudah cukup, nanti kita bisa kerjakan sama-sama, ya, Pak,” kata Hasruddin kepada Koordinator Hunian Sementara Wasior Dua, Hugo Ramar (46).

Hunian Sementara Wasior Dua terdiri dari lima barak yang diisi 60 keluarga. Setelah pembangunan sumur, aktivitas akan dilanjutkan dengan pembangunan instalasi air ke barak-barak pengungsi. ”Sekarang, pengungsi masih mengambil air bersih yang berjarak hingga 300 meter. Sangat repot dan melelahkan,” keluh Hugo.

Wasior Dua termasuk desa yang dihantam banjir bandang pada 4 Oktober 2010. Banjir yang meluluhlantakkan Wasior itu menewaskan 169 orang. Selain itu, 115 orang hilang dan 9.460 orang mengungsi. Setelah sejenak larut dalam duka, upaya untuk menata kehidupan yang baru mulai menggeliat. Dengan harapan baru, masyarakat bergerak sendiri membenahi tempat tinggal dan fasilitas umum. Sebagian besar dengan bergotong royong seperti yang dibuat Hasruddin bersama warga dan pengungsi.

Ikatan batin

Sikap untuk menolong sesama muncul begitu saja. Mereka tidak mengharapkan sesuatu dari membantu korban bencana alam. Mereka hanya ingin meringankan beban saudara-saudara sebangsa yang tengah menderita.

Seperti halnya Yanto, Kepala Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Saat ribuan warga Kecamatan Dukun, Magelang, dan Selo, Boyolali, mengungsi besar-besaran akibat erupsi Gunung Merapi, 5 November 2010, dia langsung menyiapkan penampungan dan dapur umum. Walaupun Desa Banyuroto tidak ditunjuk sebagai lokasi pengungsian, Yanto dengan sigap menyiapkan 90 rumah warga, sekolah, dan balai desa untuk menampung para pengungsi.

Dia pun langsung menginstruksikan warga menyumbang lima bungkus nasi dan lauk-pauk setiap keluarga untuk kebutuhan pangan pengungsi. Ikatan batin senasib sepenanggungan membuat warga tak berkeluh kesah melayani para pengungsi sampai pemerintah turun tangan. Semuanya dilakukan warga Desa Banyuroto dengan senang hati. ”Menolong sesama adalah kewajiban kita semua,” ujar Yanto.

Hal serupa juga terjadi di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Sebagian besar permukiman warga di Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan, di pantai barat Sumatera yang terkenal dengan ombak indah untuk berselancar, musnah diterjang tsunami pada hari Senin (25/10/2010). Gempa berkekuatan 7,2 skala Richter di kedalaman 10 kilometer sejauh 78 kilometer sebelah barat daya Pulau Pagai Selatan, Mentawai, memicu gelombang setinggi 10 meter. Sebagian korban menderita karena bantuan tak segera datang. Korban selamat kemudian menolong yang lain tanpa bertanya lebih dulu, siapa yang mereka evakuasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com