Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang "Gantiin" Gus Dur, Ya Enggak Ada

Kompas.com - 31/12/2010, 03:33 WIB

Oleh INGKI RINALDI

Kamis (30/12), setahun KH Abdurrahman Wahid meninggal dunia. Sejak sehari sebelumnya, Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan, disesaki orang dari berbagai latar agama, budaya, dan sosial.

Berbagai acara, seperti bursa buku dan makanan, diikuti pedagang, musabaqah marawis, nonton bareng final Piala Suzuki AFF 2010, seminar, doa antarumat beragama, tausyiyah, dan tahlilan diadakan dalam rangka peringatan wafat atau Haul Akbar Gus Dur Ke-1.

Penganut Sikh, Buddha, Baha’i, Sunda Wiwitan, Hindu, Katolik, Kristen, dan Konghucu berdoa bersama saudara-saudara Muslim mereka.

Refleksi atas kebebasan beragama kemudian diadakan dalam haul dengan tema ”Menapak Jejak Guru Bangsa”. Keprihatinan seputar kekerasan atas nama agama selama setahun terakhir menjadi topik bahasan utama.

Ratusan orang dengan membawa keluarga masing-masing mulai berdatangan ke pesantren itu. Mereka datang dari berbagai tempat, antara lain Jawa Timur dan warga negara Belanda yang menetap di Selandia Baru.

Mereka berbaur tanpa batas. Berbincang akrab tanpa sekat suku atau agama walau baru bertemu dan berkenalan di sana.

Orang-orang lalu fokus pada sosok Gus Dur. Persis pada tanggal 31 Desember tahun lalu, Gus Dur dikebumikan di pemakaman Tebuireng, Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Dalam pemakaman dengan upacara militer setahun lalu itu, ribuan santri ikut berbaur bersama ribuan orang dari berbagai pemeluk agama, bangsa, dan golongan politik berbeda.

Kehilangan pembela

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com