Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sektor Perhotelan Terpukul

Kompas.com - 28/12/2010, 08:33 WIB

Probolinggo, Kompas - Dampak erupsi Gunung Bromo sejak awal November lalu telah memukul sektor pariwisata, khususnya perhotelan di Kabupaten Probolinggo. Kerugian hotel karena tidak beroperasi sejak 22 Desember hingga pergantian tahun serta kerugian untuk perbaikan bangunan yang rusak mencapai miliaran rupiah.

Ketua Paguyuban Manager Hotel dan Restoran di kawasan Bromo, Digdoyo Djamaluddin, mengatakan, ada 12 hotel yang tergabung dalam paguyuban dengan jumlah kamar 280 unit. Biasanya puncak keramaian tingkat hunian hotel terjadi mulai 24 Desember hingga pergantian tahun.

Saat puncak keramaian itu tarif hotel biasanya naik dan pemesanan sudah dilakukan sejak November. Tahun ini sejumlah hotel terpaksa mengembalikan uang reservasi yang dikirimkan calon tamu.

”Kalau tidak jadi datang tidak masalah dan membatalkan sendiri tidak masalah. Tetapi kami harus mengembalikan uang muka yang telanjur dikirimkan dengan besaran 25 persen hingga 50 persen,” kata Digdoyo, Senin (27/12) di Probolinggo.

Jika diasumsikan tarif sewa kamar rata-rata Rp 200.000 dikalikan 280 kamar, potensi penghasilan yang hilang sudah mencapai Rp 560 juta. Padahal, tarif hotel saat puncak keramaian bisa mencapai Rp 400.000 hingga Rp 600.000. ”Itu belum dikalikan waktu ramai mulai 24 Desember hingga 2 Januari atau sembilan hari,” tuturnya.

Adapun kerugian akibat kerusakan fasilitas hotel akibat abu vukanik rata-rata Rp 50 juta hingga Rp 75 juta per hotel. Hingga saat ini hotel belum memungkinkan dibuka untuk tamu karena listrik masih padam dan air bersih masih sulit. ”Kami saat ini fokus pada proses pemulihan dan perbaikan kondisi hotel. Itu pun belum banyak diharapkan karena hujan abu vulkanik masih terus berlangsung dan belum ada tanda-tanda berhenti,” ujarnya.

Menurut Digdoyo, yang diperlukan pengelola hotel saat ini adalah bagaimana akses jalan ke kawasan Bromo dibersihkan dari abu yang menumpuk agar tidak semakin tebal. Selain itu, pasokan air bersih sangat penting dan aliran listrik bisa menyala kembali.

Primer dan sekunder

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Probolinggo Tutug Edi Utomo menyatakan, erupsi Bromo menimbulkan dampak primer (langsung) dan sekunder (tidak langsung). Dampak langsung dari letusan terutama terkait jiwa telah diantisipasi. Dampak tidak langsung berpengaruh pada kesehatan, pertanian, infrastruktur, dan lain-lain termasuk pariwisata.

Posko Bencana Letusan Bromo di Kantor Kecamatan Sukapura menyebutkan setiap hari PDAM Probolinggo memasok air bersih sebanyak enam tangki kapasitas 6.000 liter kepada warga, khususnya di Ngadirejo, Jetak, dan Wonotoro. Air itu cukup digunakan untuk memasak, bukan untuk keperluan mandi. (ACI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com