Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memerah pada Malam Hari Merugikan Peternak

Kompas.com - 25/11/2010, 10:30 WIB

Garut, Kompas - Memerah susu sapi pada malam hari, usaha yang dilakukan sejumlah peternak sapi perah di Garut untuk meningkatkan produksi, justru merugikan peternak. Bakteri dalam susu akan berkembang cepat dan menurunkan kualitas.

Sekretaris Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan Nyanjang Suhersa, Rabu (24/11), mengatakan, semula hal itu umum dilakukan peternak di daerahnya. ”Sekarang lebih banyak yang mengerti, memerah malam hari akan merugikan mereka sendiri,” katanya.

Menurut Nyanjang, susu tanpa pengolahan hanya bisa bertahan selama dua jam. Susu hasil memerah malam hari harus disimpan dulu sebelum disetor ke koperasi pagi hari. Akibatnya, bakteri dalam susu (TPC) berkembang biak sangat banyak.

Hal tersebut juga akan merugikan peternak lain. Ketika susu dikirim ke industri pengolahan susu, semua akan disatukan. Susu yang bagus akan bercampur dengan susu yang bakterinya banyak.

Menurut Nyanjang, koperasi mendapat penalti jika bakteri dalam susu lebih dari lima juta. Penalti tersebut berupa penurunan harga beli dari industri pengolahan susu (IPS).

Dengan demikian, jika kandungan bakteri dari peternak tinggi, harga jual susu kepada IPS turun. Artinya, harga beli susu dari koperasi terhadap peternak pun bisa ikut turun. Sebaliknya, ada penghargaan berupa tingginya harga beli jika bakteri kurang dari lima juta.

KUD Mandiri Cisurupan yang beranggotakan 1.503 orang merupakan satu dari empat koperasi susu yang ada di Garut. Produksi susu koperasi yang berada di Kecamatan Cisurupan ini mencapai 17.000 liter per hari. Populasi sapi perah koperasi ini sebanyak 3.500 ekor dengan 1.400 ekor di antaranya laktasi.

Semua susu dari KUD Mandiri Cisurupan dijual kepada IPS dengan harga bervariasi, berkisar dari Rp 3.300 per kilogram hingga Rp 3.500 per kilogram tergantung pada kualitas susu.

Usaha susu sapi belum menjadi mata pencarian utama bagi peternak. Dengan kepemilikan sapi 2-3 ekor per orang, mereka masih memprioritaskan berkebun atau bertani sebagai pekerjaan utama. Itulah salah satu faktor yang menurut Nyanjang menyebabkan lambatnya pengembangan industri susu.

Kepala Seksi Pelestarian Plasma Nutfah Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Garut Asep Hamdani mengatakan, pemerintah bertujuan meningkatkan skala kepemilikan sapi dengan memberikan bantuan bibit sapi perah berkualitas. Hal ini merupakan langkah awal untuk meningkatkan produksi susu.

Tahun ini ada 85 ekor sapi bantuan pemerintah pusat dan 20 ekor sapi dari pemerintah daerah. Akan tetapi, penambahan populasi itu tidak dibarengi dengan bantuan penyediaan pakan hijauan.

Asep menyarankan, peternak menanami lahan kosong di sekitar rumahnya dengan rumput agar dapat dimanfaatkan sebagai pakan hijauan untuk sapi. (adh)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com