Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLN Merugi Rp 55,8 Miliar

Kompas.com - 20/11/2010, 03:39 WIB

MAGELANG, KOMPAS - Kerugian PT Perusahaan Listrik Negara akibat kerusakan jaringan listrik pada wilayah radius primer bahaya letusan Gunung Merapi di tiga kabupaten berkisar Rp 55,8 miliar. Kerusakan terparah di wilayah radius 5 kilometer dari puncak Merapi.

”Di wilayah tersebut jaringan listrik rusak total. Di wilayah agak bawah, jaringan listrik bisa dipulihkan,” kata General Manager PT PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Fery Krisna, Jumat (19/11), saat meninjau lokasi pemulihan jaringan listrik di Kecamatan Srumbung, Magelang, Jawa Tengah.

Kerusakan jaringan membuat aliran listrik ke rumah 57.944 pelanggan di Kabupaten Sleman, Klaten, dan Magelang padam.

Sejak 27 Oktober, PLN berupaya memulihkan jaringan listrik. Pemulihan jaringan diprioritaskan ke wilayah yang masih dihuni penduduk atau di luar zona berbahaya letusan Merapi. ”Jaringan di zona berbahaya belum kami pulihkan agar pengungsi tidak pulang ke rumah sebelum mendapat izin dari instansi terkait,” kata Fery.

Ketua Tim Pemulihan Jaringan Listrik PT PLN Distribusi Jateng dan DIY Frans Simanjuntak menuturkan, di luar zona berbahaya, yakni wilayah berjarak lebih dari 15 kilometer dari puncak Merapi, aliran listrik ke rumah 32.443 pelanggan sudah dipulihkan.

Infrastruktur

Dari sisi infrastruktur, tercatat 25 jembatan dan dam serta 12 ruas jalan kabupaten di Sleman diperkirakan rusak. Kerugian diperkirakan Rp 46,8 miliar.

Adapun rumah rusak berat terdata 2.348 unit dengan estimasi kerugian Rp 100 juta per rumah. Semua rumah yang rusak ada di Kecamatan Cangkringan.

Kerusakan juga menimpa pipa sambungan air PDAM Sleman. Jika sebelumnya 6.000 rumah di Sleman tak bisa mendapat air bersih, sekarang berkurang menjadi 4.500 rumah. Rumah yang belum bisa teraliri air PDAM berada di Kecamatan Pakem dan Ngemplak.

”Kami mohon maaf kepada pelanggan karena agar merata, terpaksa air harus kami bagi. Tidak bisa menyala 24 jam, hanya bisa 12 jam per hari,” kata Direktur PDAM Sleman Suratno.

Sementara itu, ruas jalan Sidorejo-Glagaharjo sepanjang 1,5 kilometer yang merupakan penghubung Desa Umbulharjo dan Glagaharjo, Cangkringan, yang melewati Kali Gendol, tertutup abu dan material Merapi. Abu dan material endapan lahar itu setinggi rumah penduduk.

Ruas jalan lain, misalnya yang menuju ke Kaliadem (Desa Kepuharjo), Kinahrejo (Desa Umbulharjo), dan Kalitengah Lor (Glagaharjo), belum diketahui persis kondisinya. Tiga dusun itu terdekat dengan puncak Merapi. Ketinggian abu dan endapan lahar pada dusun di sepanjang Kali Gendol itu meratakan sungai, jalan, dan permukiman penduduk.

”Belum semua kerusakan terdata. Kami belum tahu ruas-ruas jalan mana yang rusak terkena awan panas. Namun, jika awan panas bersuhu 600-800 derajat celsius menyapu aspal jalan, aspal akan meleleh,” kata Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman Djoko Sardjono.

”Shelter” disiapkan

Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta kini menyiapkan desain tempat tinggal sementara (shelter) pengungsi. Rencananya shelter berukuran 6 x 6 meter. Rumah itu terdiri atas dua kamar tidur, ruang keluarga, dan kamar mandi. Shelter akan dibangun di Dusun Plosokerep, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan.

Shelter menggunakan bahan bambu beratap seng. Biaya pembangunannya dianggarkan Rp 7 juta per unit dari APBD DI Yogyakarta, APBN, dan bantuan dari lembaga-lembaga donor. Shelter itu akan dilengkapi jaringan air bersih. Data terakhir Pemprov DI Yogyakarta, jumlah rumah rusak akibat awan panas 2.411 unit.

Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, pembangunan shelter merupakan prioritas utama rehabilitasi dan rekonstruksi. Realisasi pembangunan akan diputuskan hari Sabtu (20/11).

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral DI Yogyakarta Rani Sjamsinarsi mengatakan, Pemprov DI Yogyakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum memiliki banyak model shelter untuk tanggap darurat, tetapi belum diputuskan mana yang akan dipakai. (ARA/RWN/THT/PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com