Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Diupah, Tak Dikenal...

Kompas.com - 11/11/2010, 10:17 WIB

Hingga kini ada empat anggota Tagana Sleman tewas saat bertugas. Satu di antaranya belum ditemukan. Mereka tewas saat menjaga logistik di posko.

Tak semua relawan berada di ”garis depan” bencana. Ratusan atau bahkan mungkin ribuan relawan tersebar hingga dapur umum. Tugas mereka tak kalah penting, memastikan pasokan logistik lancar.

Salah satunya adalah Muhammad Ibrahim Da Silva (45). Koordinator Tagana Jawa Timur itu bertugas di bagian logistik. Berbagi tugas dengan prajurit Detasemen Perbekalan TNI AD, ia dan teman-teman memasak untuk 13.000 pengungsi di Stadion Maguwoharjo dan sekitarnya.

Menghibur

Keberadaan relawan yang tersebar di banyak posko sungguh diperlukan. Ada relawan yang bernyanyi dan bermain dengan anak-anak pengungsi. Mereka memastikan dunia anak tak terenggut sekalipun di pengungsian yang menyesakkan.

Sebagian lagi bekerja di posko-posko kesehatan. Tak hanya mengobati penyakit fisik, tetapi juga psikis. Kini ada ratusan pengungsi yang tertekan secara psikologis. Dua pengungsi bunuh diri karena tak kuat menanggung tekanan bencana.

Pengungsi yang menderita stres diperkirakan lebih banyak daripada yang ditemukan dan dirawat. ”Jumlah relawan dan psikolog terbatas sehingga yang ditemukan sedikit,” kata psikolog posko psikologi pengungsian di Stadion Maguwoharjo, Amalia Dewiyanti.

Kerja 24 jam

Menjadi relawan menguras stamina. Misalnya, kerja relawan tim evakuasi hampir 24 jam. Kurang tidur dan kelelahan sering kali merayapi tubuh mereka. Oleh karena itu, menjaga stamina fisik sangat diperlukan. Obat-obatan, masker tambahan, sarung tangan, hingga susu dan minuman suplemen menjadi penting. Para relawan mengaku tidak lupa meminta dukungan doa dari keluarga.

Pasca-letusan pertama ataupun kedua, kerja tim evakuasi belum tuntas. Masih banyak jenazah korban yang belum bisa ditemukan karena sulitnya medan evakuasi.

Letnan Kolonel (Inf) Jimmy Ramoz, Komandan Batalyon 21 Grup 2 Kopassus Kartosuro, mengatakan, lokasi evakuasi jenazah korban Merapi di bantaran Sungai Gendol, Kecamatan Cangkringan, Sleman, sulit ditembus. Rata-rata suhu sisa-sisa lahar dan awan panas masih di atas 50 derajat celsius.

Tak sedikit relawan menjadi korban. Tak jarang perlengkapan mereka minim, tanpa sepatu bot, masker, atau kacamata antidebu.

Namun, para relawan bekerja tulus ikhlas. Dalam kesunyian publisitas, mereka berjibaku atas nama kemanusiaan. Bukan demi uang ataupun popularitas.(THT/MHD/GSA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com