Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moeldoko: Tergesa-gesa Hasilnya Kurang

Kompas.com - 08/11/2010, 21:26 WIB

BOGOR, KOMPAS.com - Panglima Kodam III/Siliwangi Mayjen (TNI) Moeldoko mengimbau agar kita membantu pemerintah dan rakyat konsentrasi membangun bangsa dan negara ini.

Jangan menambahkan beban kepada upaya-upaya pembangunan Indonesia, yang dari waktu ke waktu beruntun mendapat gangguan dari alam.

Mayjen Moeldoko menyatakan hal itu saat bersilahturahmi dengan sekitar 500 orang alim ulama dari Bogor, Cianjur, dan Sukabumi di Masjid Nur Inayah di kompleks Korem 061/Surya kancana di Kota Bogor, Senin (8/11/2010) sore.

Hadir juga pada kesempatan tersebut Bupati Bogor Rachmat Yasin, Sekretaris Daerah Kota Bogor Bambang Gunawan, perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia Kota Bogor, sejumlah anggota DPRD Kota dan Kabupaten Bogor, dan sejumlah perwira polisi yang bertugas di Bogor.

Panglima Kodam Siliwangi menuturkan, ganguan atau bencana alam yang berlajut ini menguras pikiran dan energi, yang pasti juga mengganggu konsentrasi Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan rakyat Indonesia dalam membangun bangsa ini.

Jadi, jangan keinginan membangun bangsa dan negara ini yang sudah terganggu alam, ditambah dengan mengganggu situasi lainnya, yang justru akan mempersulit upaya kita membangun bangsa dan negara.

Hal yang kurang disadari dan dipahami banyak orang, lanjut Moeldoko, adalah Presiden SBY penuh pengorbanan dalam upaya bersama rakyat membangun bangsa ini. Orang hanya melihat negatifnya saja dan tidak sabaran, seolah-olah Presiden lamban.

"Dalam membangun bangsa ini tidak bisa dilaksanakan dengan cepat. Namun yang pasti pembangunan yang sedang kita laksanakan ini sudah on the track, sudah sesuai dengan jalan yang seharusnya, yakni berdasarkan demokrasi dan undang-undang," katanya.

Proses pembangunan itu suatu proses panjang, yang keputusannya tidak bisa diambil tergesa-gesa. "Sebab, yang tergesa-gesa itu, hasilnya belum tentu baik. Kita harus bersabar dan apa yang sudah dilaksankan Presiden adalah untuk kepentingan bangsa," kata Moeldoko.

Harus Saling

Ia juga menyoroti tentang tidak pernah keringnya kehidupan politik dari perdebatan dan sulitnya mencapai kesepakatan. Hal ini karena semua pihak banyak yang merasa paling bukan merasa lebih baik saling.

Padahal Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada kita untuk saling, bukan merasa paling. Mengajarkan kita untuk saling memberi, saling menerima, saling menghargai, saling mengasihi, yang artinya kalau kita saling itu adalah kesetaraan, egaliter.

"Yang diajarkan Nabi kita adalah menuju masyarakat madani, egaliter, kesetaraan. Kita harus saling membesarkan, bukan mengecilkan. Saling mendukung, bukan saling menjatuhkan," paparnya.

Moeldoko, yang dilantik sebagai Pangdam Siliwangi pada 20 Oktober lalu, mengatakan, setelah reformasi, TNI tidak punya teman. Sebab, sebelumnya TNI merasa yang paling segalanya.

Kini setelah reformasi, TNI juga melakukan reformasi dalam doktrin, birokrasi/internal, dan kultural. Reformasi kultural yang belum berjalan baik saat ini. Sebab, masih ada prajurit TNI yang arogan, yang tidak disukai masyarakat.

Kalau reformasi doktrin dan internal sudah berjalan. Di bidang politik, TNI tidak masuk politik praktis. TNI sedikit pun tidak terlibat dalam politik praktis. "TNI sudah masuk ke format dan standar internasional, jadi tidak akan penah masuk ke politik praktis," kata Moeldoko.

Selesai acara silahturahmi dengan ratusan ulama serta pejabat sipil dan polisi Bogor, Pangdam III /Siliwangi bersama Danrem 061/Surya Kancana Kolonel Infantri Doni Monardo memberikan pengarahan pada semua perwira TNI di jajaran Korem 061/ Surya Kancana di aula Korem hingga malam hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com