Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Gunung Muncul di Perairan Jembrana

Kompas.com - 03/11/2010, 19:02 WIB

PENGEMBENGAN, KOMPAS.com - Gundukan yang menyerupai tumpukan karang yang disebut anak gunung, dilaporkan muncul di perairan laut di wilayah Kabupaten Jembrana, Bali.

Beberapa nelayan asal Desa Pengambengan, Jembrana, Rabu (3/11/2010) menyebutkan, gundukan karang misterius itu muncul di tengah laut yang memisahkan Pulau Jawa dan Bali.

Nelayan menduga gundukan tersebut semacam takat deken, yakni batu karang yang muncul di wilayah perairan dangkal.

Lokasi anak gunung, yang bila ditempuh dari Pengambengan memakan waktu dua sampai tiga jam itu, sempat memunculkan kecemasan warga. Mereka khawatir gundukan itu adalah bagian puncak dari gunung berapi.

Saihu, penduduk Desa Pengambengan mengatakan, banyak warga yang menduga jika gundukan yang muncul misterius itu adalah gunung berapi.

Dugaan tersebut muncul karena bentuk gundukan itu mengerucut seperti pucuk gunung.

Menurut nelayan, anak gunung itu muncul di bagian perairan laut dangkal yang luasnya sekitar satu hektare.

Meski sampai saat ini gundukan itu tidak menunjukkan aktivitas sebagaimana halnya gunung berapi, namun sejumlah warga mengaku was-was sesuhungan kini cukup banyak terjadi bencana.

Menurut Saihu, kekhawatiran paling besar dirasakan beberapa warga yang meyakini bahwa gundukan itu adalah puncak gunung.

"Beberapa warga bilang, kalau takat deken itu meletus, bisa habis Pengambengan ini," ujar Saihu.

Meski warga banyak yang menduga bahwa takat deken adalah gunung berapi, Saihu sendiri mengaku belum sepenuhnya meyakini itu.

"Saya sendiri antara percaya dan tidak, tapi banyak orang-orang tua yang percaya gundukan itu gunung," katanya.

Sebagai warga masyarakat, Saihu minta pemerintah untuk melakukan penelitian dan memberikan penjelasan kepada warga, apa sebenarnya gundukan tersebut.

"Kalau memang itu hanya semacam karang ataupun bukit di bawah laut, kami bisa tenang. Tapi kalau benar-benar gunung, kami juga bisa hati-hati. Pemerintah harus memberikan penjelasan biar warga tidak menduga yang bukan-bukan," ujar Saihu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com